Model penentuan debit aliran/sungai untuk pengelolaan sistem DAS menggunakan data penginderaan jauh (studi kasus DAS Ciliwung)

lih fungsi penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kaidah konservasi akan cenderung meningkatkan nilai koefisien aliran permukaan yang akan berpengaruh terhadap debit aliran/sungai. DAS Ciliwung merupakan DAS yang berada di daerah Bogor yang telah mengalami perubahan penggunaan lahan. Alih fungsi penggunaan lahan umumnya dikaitkan dengan fungsi positif tata air dalam suatu ekosistem DAS dan semua alih guna lahan dianggap akan berdampak negatif terhadap kuantitas dan kualitas air bagi masyarakat di daerah hilir. Ketersediaan data debit (aliran/sungai) di setiap wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah sangat penting bagi kegiatan program perencanaan dan pengembangan sumberdaya air. Kegiatan ini bertujuan untuk mengkaji sebaran debit aliran permukaan/sungai pada wilayah DAS Ciliwung dengan menggunakan data penginderaan jauh citra SPOT dan Landsat. Informasi tentang pola DAS diperoleh berdasarkan analisis DEM (Digital Elevation Model) SRTM (Shutle Radar Tophography Mission) dan informasi tentang sebaran debit aliran/sungai menggunakan data kemiringan, penutup lahan dan data curah hujan (TRMM dan QMorph). Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pengembangan debit aliran permukaan (surface flow) dengan asumsi curah hujan 10 mm/jam rata-rata di seluruh DAS Ciliwung memberikan nilai pendekatan sebaran spasial sebesar 0.0 hingga 0.02 m 3 /det dan debit sungai di pintu air Katulampa (DAS Ciliwung Hulu) memberikan sumbangan 44% dari total debit DAS.