Rahardjo, Henky Poedjo and Wardhani, Veronica Indriati Sri (2015) TITIK KRITIS KONVERSI REAKTOR TRIGA 2000 BANDUNG MENJADI REAKTOR TRIGA BERBAHAN BAKAR PELAT. In: Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir 2015, 03 Desember 2015, Bandung, Indnesia.
Cover, Kata Pengantar Daftar isi.pdf
Download (278kB) | Preview
Henky P Rahardjo_Semnas_2015_TITIK KRITIS KONVERSI REAKTOR TRIGA 2000 BANDUNG MENJADI REAKTOR TRIGA BERBAHAN BAKAR PELAT_137-142.pdf
Download (570kB) | Preview
Abstract
TITIK KRITIS KONVERSI REAKTOR TRIGA 2000 BANDUNG MENJADI REAKTOR TRIGA BERBAHAN BAKAR PELAT. Reaktor TRIGA Bandung merupakan fasilitas yang sangat diperlukan, memiliki nilai strategis dan ekonomis, yaitu dapat untuk memback-up produksi radioisotop dan sebagai instalasi penting untuk penelitian dan pendidikan nuklir di Indonesia. Operasi reaktor TRIGA Bandung sebagian besar sangat bergantung pada pasokan bahan bakar dari General Atomic (GA) USA yang saat ini tidak memproduksi lagi bahan bakar reaktor TRIGA tersebut. Sementara di sisi lain BATAN Serpong telah dapat membuat sendiri bahan bakar tipe pelat yang telah digunakan untuk reaktor Serpong. Hal ini bisa menjadi modal bagi BATAN terutama PSTNT sebagai pengelola reaktor TRIGA Bandung untuk melakukan lompatan teknologi guna menjaga agar reaktor TRIGA Bandung tetap beroperasi untuk waktu yang lama. Oleh karena itu melalui peluang ini, peneliti BATAN khususnya PSTNT, merencanakan suatu bentuk konversi dari reaktor TRIGA Bandung dengan mengganti bahan bakar berbentuk batang menjadi tipe pelat, yaitu dengan memanfaatkan bahan bakar buatan BATAN sendiri, sehingga tidak tergantung pasokan bahan bakar dari negara lain (GA). Untuk itu perlu dilakukan beberapa tahapan proses yaitu: Pengumpulan data teknis reaktor TRIGA berbahan pelat yang diinginkan, Perancuangan bentuk teras, Perancangan Sistem Pendinginan, Perancangan Sistem perpipaan dan support atau penyangga, Perancangan Sistem instrumentasi kendali dan lainnya, Analisis ulang Struktur Gedung Reaktor, dll. Dengan tahapan proses tersebut perlu dibentuk kelompok-kelompok penanggungjawab yang jelas dan mempunyai kemampuan dalam perancangan agar konversi reaktor tersebut di atas dapat terrealisir.