Amanda, Soebadi (2024) Clumsy child: when does specific examination is required? In: Prosiding Simposium LXXX Medicine is Still an Art: Real Life in Clinical Practice Managing Sick Children, 12-13 Mei 2024, Jakarta.
Prosiding_2024_Amanda Soebadi_90-101.pdf - Published Version
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial Share Alike.
Download (605kB) | Preview
Abstract
“Dokter, anak saya pintar, nilai sekolahnya bagus-bagus. Tapi kenapa ya, dia tidak cakap dalam pelajaran olahraga?” “Biasa nih, anak sekarang. Kalau main gadget jago, tapi mengikat tali sepatu lama banget, tulisannya juga jelek.” Keluhan-keluhan serupa terkadang kita hadapi di ruang praktik sebagai dokter spesialis anak, tetapi lebih sering kita dengar dalam percakapan sesama orang tua atau antara orang tua dan guru. Dalam bahasa sehari-hari, kita sering mendengar istilah clumsy child. Kata “clumsy” sendiri, apabila diterjemahkan secara harfiah, berarti “kikuk” atau “canggung.” Tetapi dalam hal ini, yang dimaksud adalah anak yang kurang terampil dalam melakukan kegiatan-kegiatan tertentu yang melibatkan koordinasi gerak, terutama yang kompleks.Kegiatan semacam itu dapat berupa olahraga, prakarya, menulis, maupun aktivitas perawatan diri sehari-hari, misalnya mengancingkan baju atau mengikat tali sepatu. Pertanyaan yang timbul adalah: Apakah seorang anak yang dikatakan “clumsy” ini masih tergolong “normal?” Kapan kecanggungan gerak tersebut masih dalam batas wajar, dan kapan membutuhkan pemeriksaan dan tata laksana khusus?
| Item Type: | Conference or Workshop Item (Paper) |
|---|---|
| Uncontrolled Keywords: | clumsiness, pemeriksaan klinis |
| Subjects: | Health Resources > Health Care Assessment & Quality Assurance Health Resources > Health Education & Manpower Training |
| Depositing User: | Saepul Mulyana |
| Date Deposited: | 19 Feb 2025 01:10 |
| Last Modified: | 19 Feb 2025 01:10 |
| URI: | https://karya.brin.go.id/id/eprint/47848 |


