Nevasya Fauzia, Ranamajaki and Diah, Argarini and Susanti, Widiastuti (2024) Analisis faktor yang berhubungan dengan kejadian flour albus pada mahasiswi S1 Keperawatan Reguler di Universitas Nasional Jakarta Selatan. MAHESA: Malahayati Health Student Journal, 4 (4): 7. pp. 1274-1289. ISSN 2746-198X
2746-198X_4_4_2024-7.pdf - Published Version
Available under License Creative Commons Attribution Share Alike.
Download (286kB) | Preview
Abstract
Memelihara kesehatan organ reproduksi adalah tindakan krusial untuk mencegah berbagai masalah, seperti infeksi saluran kemih, infeksi saluran reproduksi, kudis, kanker serviks, dan flour albus. Kejadian flour albus sering terjadi pada wanita usia subur yang tidak cukup memperhatikan kebersihan dan perawatan area pribadi mereka. Flour albus merupakan cairan yang keluar dari lubang vagina selain darah menstruasi. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), diperkirakan bahwa pada tahun 2021, sekitar 75% wanita di Indonesia akan mengalami fluor albus setidaknya satu kali dalam hidup mereka, dan 45% di antaranya akan mengalami fluor albus lebih dari dua kali. Angka prevalensi ini menunjukkan bahwa fluor albus merupakan masalah umum pada wanita di Indonesia. Dalam skala global, sekitar 75% wanita di seluruh dunia pernah mengalami fluor albus. Terdapat perbedaan signifikan, di mana hanya sekitar 25% wanita di Eropa yang mengalami fluor albus. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi ini memiliki dampak yang lebih besar pada populasi wanita di Indonesia dibandingkan dengan beberapa wilayah lain di dunia (Mita Wijayanti, 2022). Data Survei Kesehatan Reproduksi Indonesia tahun 2018 menunjukkan bahwa flour albus menyerang sebagian besar wanita (15–24 tahun), dan persentase tersebut meningkat setiap tahunnya hingga 70%. Statistik ini menunjukkan bahwa sekitar 50% perempuan muda menderita flour albus (Hanifah, 2023). Faktor yang memengaruhi flour albus adalah perilaku personal hygiene, penggunaan pantyliner, dan aktivitas fisik. Dampak flour albus tidak ditangani dengan baik, maka dapat menyebabkan masalah fisik hingga masalah psikologis. Salah satu efek samping jangka pendek yang umum dari flour albus adalah rasa gatal yang menyakitkan dan dapat menyebabkan infeksi. Selain itu, fluor albus juga dapat menyebabkan gangguan psikologis, yang akan menimbulkan rasa cemas yang berlebihan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perilaku personal hygiene, penggunaan pantyliner dan aktivitas fisik dnegan kejadian flour albus pada mahasiswi S1 Keperawatan Reguler Universitas Nasional Jakarta Selatan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain survey analitik dan pendekatan cross-sectional. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan perilaku personal hygiene, penggunaan pantyliner, dan aktivitas fisik dengan kejadian flour albus pada mahasiswi S1 keperawatan Reguler Universitas Nasional Jakarta Selatan dengan nilai p-value perilaku personal hygiene terhadap kejadian flour albus sebesar 0,004 < 0,05. Penggunaan pantyliner terhadap kejadian flour albus dengan nilai p-value sebesar 0,005 < 0,05 dan aktivitas fisik terhadap kejadian flour albus dengan nilai p-value sebesar 0,002 < 0,05. Kesimpulan penelitian ini terdapat hubungan signifikan antara perilaku personal hygiene, penggunaan pantyliner, dan aktivitas fisik dengan kejadian flour albus pada mahasiswi S1 Keperawatan Reguler Universitas Nasional Jakarta Selatan.
Item Type: | Article |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Aktivitas fisik, Flour albus, Perilaku personal hygiene, Penggunaan pantyliner, Exercise |
Subjects: | Health Resources > Health Care Technology Medicine & Biology > Stress Physiology |
Depositing User: | Djaenudin djae Mohamad |
Date Deposited: | 27 Jun 2024 07:57 |
Last Modified: | 27 Jun 2024 07:57 |
URI: | https://karya.brin.go.id/id/eprint/39393 |