Tri, Retnaningsih Soeprobowati and Sri, Widodo Agung Suedy (2016) Pengelolaan kualitas perairan berdasarkan analisis paleolimnologi menggunakan diatom. In: Pertemuan Ilmiah Tahunan Masyarakat Limnologi Indonesia 2015, 10 Dec 2015, Auditorium Pusinov LIPI Cibinong.
Prosiding_2015_Tri Retnaningsih Soeprobowati_12-31.pdf - Published Version
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial Share Alike.
Download (3MB) | Preview
Abstract
Masalah kualitas air di Indonesia meningkat dengan pesat seiring dengan perubahan yang terjadi di daerah tangkapan air. Banyak penelitian yang telah dilakukan membuktikan potensi diatom sebagai paleoindikator perubahan lingkungan, khususnya untuk status trofik. Keunggulan diatom dalam analisis paleolimnologi atau paleorekonstruksi berkaitan dengan dinding selnya darisilika, sehingga dapat tersimpan dengan baik dalam sedimen. Danau Rawapening merupakandanau paling kecil diantara 15 danau prioritas nasional 2010-2014, dan dipilih dalam penelitian ini karena degradasi kualitas airnya. Analisis paleolimnologi menggunakan diatom diawali denganpenentuan lokasi coring di Danau Rawapening. Langkah ke 2 adalah pengirisan sampel sedimen hasil coring untuk analisis diatom dan penentuan umur sedimen. Analisis diatom terdiri dari 3 tahap: proses digesti untuk memisahkan diatom dari sedimen dengan asam klorida diikuti dengan hidrogen peroksida, pembuatan preparat diatom pada gelas benda, dan identifikasi-enumerasi diatom. Rekonstruksi dan prediksi kandungan fosfat Danau Rawapening yang telah dilakukan dan dipublikasikan (Soeprobowati et al., 2012) dibandingkan dengan kandungan fosfat pada samplingtahun 2015. Dalam penelitian terdahulu diprediksi pH Danau Rawapening cenderung untuk basa. Hal ini terbukti pada 3 lokasi penelitian yang sama antara tahun 2008 dan 2015. Hal serupa juga terjadi untuk kandungan fosfat yang cenderung meningkat seiring waktu. Fungsi tranfer diatomdapat digunakan sebagai landasan dalam kualitas air. Pengelolaan Danau Rawapening saat inihanya fokus dalam pemanenan eceng gondok karena menganggu turbin penggerak PLTA danirigasi. Pemanenan eceng gondok ini hanya menyelesaikan permasalahan sesaat, karena problem utamanya adalah eutrofikasi. Kolam pengolahan limbah (water impoundment) harus dibuat di inlet danau guna menurunkan konsentrasi nutrien dalam hal ini nitrogen dan fosfor, sehingga pertumbuhan eceng gondok menurun.
| Item Type: | Conference or Workshop Item (Paper) |
|---|---|
| Uncontrolled Keywords: | kualitas air, diatom, paleolimnologi, eutrofikasi, Rawapening |
| Subjects: | Environmental Pollution & Control > Water Pollution & Control Mathematical Sciences > Statistical Analysis |
| Depositing User: | Saepul Mulyana |
| Date Deposited: | 17 Feb 2025 01:00 |
| Last Modified: | 17 Feb 2025 01:00 |
| URI: | https://karya.brin.go.id/id/eprint/25187 |


