Penghormatan Ze Hai Zhen Ren - Dewa Tionghoa Di Tekhai Bio

Peristiwa tahun 1740 di Batavia membawa masyarakat Tionghoa memasuki babak baru. Salah satu babak baru yang belum pernah dipelajari adalah kelahiran dewa-dewa lokal yang disembah di berbagai pura. Para dewa itu tak lain adalah para pahlawan rakyat Tionghoa yang berjuang melawan penjajahan Belanda. Diantaranya adalah Yiyong gong (義勇公) yang disembah di kota Lasem dan Zehai zhenren (澤海真人) di berbagai kota di Jawa Tengah, seperti di kota Tegal, Semarang dan Pekalongan. Kultus Zehai zenren lebih luas dari pemujaan Yiyonggong, bahkan di beberapa kalangan masyarakat Jawa juga menghormati sosok Zehai zenren. Zehai zenren dapat disegani di kalangan masyarakat Jawa, terutama yang berprofesi sebagai nelayan karena mereka percaya bahwa Zehai zenren adalah ‘dewa’ pelindung pelaut dan pedagang. Selain penyebarannya di Jawa Tengah, ternyata berdasarkan penelitian lapangan ditemukan adanya masyarakat Tionghoa yang tinggal di wilayah Jawa Barat yang memuja Zehai zenren sebagai dewa pelindung mereka. Bahwa ada pahlawan-pahlawan Tionghoa lokal yang dapat dipuja yang penyebarannya lebih luas dari dewa-dewa Tionghoa lokal Indonesia patut untuk diteliti. Perlu juga dicatat bahwa 'pengawal' Zehai zhenren adalah orang Jawa. Kepercayaan terhadap Zehai zhenren yang melampaui batas-batas etnis dapat terjadi karena adanya kedekatan sistem kepercayaan masyarakat Jawa Tengah atau yang dikenal dengan istilah Kejawen dengan sistem kepercayaan Tionghoa. Keyakinannya bersifat inklusif, membangun harmoni dan rasa hormat terhadap orang-orang yang patut dihormati.