Agus Yulianto (2011) Mantra Banjar: suatu kompromi budaya. Naditira Widya, 5 (2): 1. pp. 133-140. ISSN 1410 - 0932
72 - Published Version
Download (43kB)
Abstract
Tulisan ini membahas perkembangan kebudayaan Banjar yang ditinjau dari peranan ‘mantra’. Mantra adalah rangkaian kata yang diucapkan untuk melakukan praktek magis. Mantra Banjar tumbuh dan berkembang di wilayah tenggara Kalimantan. Pertumbuhan dan perkembangan mantra Banjar sejalan dengan perkembangan pendukungnya, yaitu masyarakat Banjar. Pada awalnya, mantra Banjar lahir dari karya seni ciptaan leluhur imajinatif Banjar yang percaya pada animisme atau kepercayaan Kaharingan. Kedatangan komunitas Jawa dan Malayu yang berlatar ideologis Siva-Buddha membawa warna baru untuk mantra. Kemudian, ketika Islam datang, agama baru ini menolak semua jenis mantra, penolakan ini mempengaruhi keberadaan mantra Banjar. Akibatnya, praktek ritual dengan mantra Banjar menurun, karena Islam mencapai popularitas yang luas. Namun, ternyata ada pula kesengajaan untuk menyembunyikan mantra untuk menjaga efek sakral dari mantra.
Bagaimanapun, mantra tidak benar-benar menghilang. Sebagai warisan budaya Banjar, mantra masih menjadi bagian dari kehidupan mereka, mantra hidup dan tumbuh di antara orang-orang sampai hari ini.
Item Type: | Article |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | mantra, masyarakat Banjar, fungsi mantra, sakral, perubahan budaya, kompromi budaya, warisan budaya mantra, the Banjar, function of mantra, sacred, cultural change, cultural compromise, cultural heritage |
Subjects: | Social and Political Sciences > Archaeology |
Depositing User: | Anif Maulidiawati |
Date Deposited: | 21 Jul 2023 03:10 |
Last Modified: | 21 Jul 2023 03:42 |
URI: | https://karya.brin.go.id/id/eprint/18980 |