Ade, Fatchullah hisyam (2024) Wayang Purwa/ Sejarah Wayang Kulit Cirebon. [Video]
![[thumbnail of Wayang kulit Cirebon hidup dan berkembang bersamaan dengan masuk dan berkembangnya agama Islam di Cirebon yang dibawa para wali berdasarkan sejarah (babad Cirebon)]](https://karya.brin.go.id/style/images/fileicons/video.png)
17_%20%20Wayang%20Purwa%20sejarah%20wayang%20kulit%20ci.mp4 - Published Version
Restricted to Repository staff only
Available under License Creative Commons Attribution.
Download (834MB)
Abstract
Wayang kulit Cirebon terdapat beberapa perbedaan yang mencolok jika dibandingkan dengan daerah lainya. Ada beberapa bentuk wayang Cirebon yang dapat dikatakan
memiliki kekhasan tersendiri diantaranya bentuk Gunungan (Kayon) yang menampilkan sosok Ganesha (Dewa Ilmu Pengetahuan) yang menyangga sayap kendaga sayap garuda ditengah- tengah dengan diapit oleh mahluk banaspati pada bagian bawah kanan-kirinya. Posisi sang Ganesha ini menggambarkan lindu anyangga bumi (sosok mahluk penyangga dunia) selain itu terdapat juga bentuk boneka wayang berbentuk api atau disebut kemangmang yang menurut
pandangan seni pedalangan Cirebon merupakan gambaran dari api, matahari, kemangmang diibaratkan Sanghyang Damar Adiyan, Sang Mercu Buana, Sang Dahana, Sang Agni, Sang
Pawaka, Sang Brahma bahkan dalam pandangan Patarekatan sosok ini digambarkan pula sebagai dzat Nurullah. Jika diamati dari bentuk tatarupanya Kemangmang pada wayang Cirebon ada kecenderungan memiliki kemiripan bentuk dengan Wayang yang terdapat di Bali, bentuknya yang meliuk seperti lajur-lajur api memiliki wajah berbentuk kala atau wajah raksasa, dua mata berbentuk bulat, hidung lebar menghadap ke muka, mulut menyeringai dengan empat taring dibagian kanan kiri
dan lidah menjulur kebawah, pada bagian atas biasanya memiliki tanduk becabang. Disamping dua keunikan pada bentuk wayang Kayon dan Kemangmang, dalam wayang Cirebon masih terdapat pula beberapa tokoh boneka wayang yang khas diantaranya sosok Punakawan yang berjumlah 9 dan sosok wayang kera seperti Hanoman, Subali dan Sugriwa pada kotak pusaka Keraton Kasepuhan Cirebon , menurut pandangan masyarakat dan seniman Cirebon jumlah 9 Punakawan tersebut masih memiliki keterkaitan dengan simbol Wali Sanga sebagai pigur penyebar agama Islam di tanah Jawa, adapun nama-nama Punakawan diantaranya; Semar, Sekarpandan atau Curis, Cungkring, Bitarota, Duwala, Ceblok, Bagong, Bagal Buntung dan Gareng. Jika dilihat dari bentuk rupa boneka wayang Punakawan gaya Cirebon kita akan melihat bagaimana gambaran sosok kesederhanaan sebagai gambaran masyakat kecil atau rakyat jelata, pakainya yang sederhana mengingatkan pada bentuk masyarakat kuno diera jaman kerajaan di Jawa tempo dulu pigurnya cenderung bertelanjang dada, ada yang pakai sarung atau kain apa adanya, bahkan untuk tokoh- tokoh tertentu seperti Semar, Sekarpandan dan Bagong hanya memakai sarung cawat seperti halnya pada Punakawan yang terdapat pula pada wayang kuno di Jawa Timur, Bali dan Lombok. Kemiripan secara ikonografi bentuk wayang ini rupanya perlu ditelusuri lebih jauh, adakah pertalian benang merah penyebaran Wayang Purwa Cirebon dengan wayang-wayang di Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Lombok dan daerah lainya di Nusantara ?
Item Type: | Video |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Shadow puppets, Ganesha, Cirebon |
Subjects: | Social and Political Sciences > Education, Law, & Humanities Social and Political Sciences > Social Concerns |
Divisions: | BATAN > Biro Hukum, Humas dan Kerja sama IPTEK > BATAN > Biro Hukum, Humas dan Kerja sama |
Depositing User: | Ade Fatchullah Hisyam |
Date Deposited: | 17 Jan 2025 15:10 |
Last Modified: | 17 Jan 2025 15:10 |
URI: | https://karya.brin.go.id/id/eprint/40852 |