Memaknai dimensi sakramental perkawinan Katolik dalam Kanon 1055 §1-2 dari perspektif teologi tubuh Paus Yohanes Paulus II

Tulisan ini mendiskusikan dimensi perjanjian perkawinan Katolik dalam Hukum Kanonik (kan. 1055) dalam terang teologi tubuh Paus Yohanes Paulus II. Tulisan ini dirancang sebagai sebuah artikel review, dan menfokuskan perhatiannya pada Kanon 1055 §1-2 dari Kitab Hukum Kanonik. Hukum Kanonik menegaskan aspek legal dari perkawinan sebagai perjanjian antara laki-laki dan perempuan yang membentuk persekutuan seumur hidup. Perkawinan ini terarah pada kesejahteraansuami istri (bonum coniugum) dan keterbukaan terhadap kelahiran dan pendidikan anak (bonum prolis). Makna sakramental perkawinan dimaknai dalam kerangka teologi tubuh. Tubuh manusia, secara teologis, menjadi sarana dan tanda kehadiran Allah. Dimensi perjanjian sakramental dalam kanon tersebut dianalisis dalam terang teologi tubuh Paus Yohanes Paulus II. Perkawinan kristiani merupakan perjanjian sakramental, dan tubuh manusia sebagai locus theologicus merupakan tanda dan sarana kehadiran Allah.