Uji coba cultur cacing sutera (Olighochaeta Aquatik) dalam sistem aliran tertutup pada kolam alir

Budidaya cacing rambut di Indonesia belum banyak dikenal di kalangan masyarakat, namun demikian budidaya cacing rambut mulai dicobakan / dirintis mulai tahun 1980-an secara sederhana, yang dilakukan dalam wadah tertentu dengan menggunakan pengaturan substrat dan pemberian aliran air. Hasil budidaya cacing rambut yang pernah dicobakan oleh Chumaidi (1987) dengan menggunakan campuran antara kotoran ayam (50%) dan lumpur kolam (50%) menghasilkan populasi cacing rambut sebanyak 18 individu/cm. Marian dan Pandian (1984) menghasilkan biomassa cacing rambut 125 mg/cm dengan menggunakan kotoran sapi dan pasir serta diberi aliran air 250 ml/menit. Triyanto (1998) menghasilkan 42,67 g/m, dengan menggunakan campuran lumpur kolam (50%)dan kotoran ayam (50%) dan debit air 250 ml/menit. Pemakaian sistem pemberian aliran air/debit air membutuhkan pasokan air terus menerus sehingga menjadi tidak ekonomis, apalagi bila air tersebut berasal dari air tanah yang dipompa. Hasil yang diperoleh juga belum optimal dan sistem yang digunakan menyerap luasan lahan yang cukup besar. Sistem aliran tertutup pada kolam alir atau race way merupakan sistem kolam yang menerapkan sirkulasi air secara kontinyu sehingga membentuk suatu aliran tetap yang telah dikembangkan dalam berbagai kegiatan budidaya perikanan. Sistem ini menjadi suatu alternatif yang patut dicobakan dalam kegiatan cultur cacing sutera untuk melihat kemungkinan penerapannnya. Dengan menggunakan sistem aliran tertutup pada kolam alir ini diharapkan pengaturan aliran air menjadi lebih optimal dan tidak tergantung dari luasan lahan.