Karakteristik kualitas air dan sedimen serta beban buangan pada sistem budidaya tambak

Penurunan produksi udang windu yang terjadi di pesisir utara Jawa diantaranya merupakan akibat dari degradasi lingkungan dan terlampauinya daya dukung lahan serta terjadi pencemaran karena faktor budidaya itu sendiri (self pollution) sebagaimana dikemukakan Nurdjana (1997). Degradasi lingkungan akan sangat tinggi terutama pada kawasan tambak­ tambak dengan penerapan pola intensif. Pada pola intensif tersebut peningkatan produksi udang harus diimbangi dengan pasokan pakan yang tinggi pula. Hal ini akan memberikan dampak kepada lingkungan, berupa peningkatan beban organik dan komponen turunannya, dari sisa feses dan kotoran udang. Boyd (1992) mengemukakan bahwa pakan lidak dimakan (sisa pakan) dan eksresi udang akan menambah bahan organik pada lingkungan tambak. Proses intensifikasi tambak telah menghasilkan air buangan tambak yang memiliki kualitas air berada di alas baku mutu. Pada penelitian air buangan tambak di TIR Karawang, Bachtiar (1994) mendapatkan beberapa parameter kualitas air berada di alas baku mutu, yaitu kekeruhan, padatan teruspensi, COD, nitrit dan ammonia. Air buangan tambak juga telah memberikan pengaruh yang buruk terhadap komunitas bentik di pesisir Suwung Baral, Denpasar Bali (Arthana, 1991 ). Telah dilakukan pengukuran beberapa parameter kualitas air, kadar organik sedimen, dan pengukuran beban air buangan dari komponen­ komponen total fosfat (TP), total nitrogen (TN), total organik (COD) pada air dari tambak uji dan kadar organik pada sedimen untuk mengetahui tingkat beban dari berbagai parameter air buangan tambak udang windu.