Komposisi dan kelimpahan fitoplankton Danau Maninjau

Telah dilaporkan bahwa permasalahan D. Maninjau adalah pencemaran yang ditandai oleh melimpahnya (blooming) fitoplankton jenis alga biru (Microcystis), bau tidak sedap dan kematian ikan. Melimpahnya (blooming) jenis­ jenis alga biru menunjukkan kondisi eutrofik. Seller dan Markland (1987) mengklasifikasi secara umum tingkat trofik suatu perairan berdasarkan kelompok jenis-jenis alga (fitoplankton) suatu perairan. Untuk perairan yang alkali dan kaya akan nutrient umunya didominasi oleh jenis-jenis alga biru antara lain Anabaena, Aphanizomenon, Anacystis. Microcystis selain mengeluarkan bahan toksik yang menyebabkan ikan mati, pada tingkat jumlah yang tinggi akan mengalami pembusukan yang menyebabkan bau tidak sedap serta penurunan kandungan oksigen pada kolom air bagian dalam. Menurut Harris (1986) munculnya alga Microcystis dalam jumlah besar dipengaruhi taktor-faktor fisik seperti kedalaman teraduk (kedalaman termoklin) dan faktor kandungan nitrogen yakni rasio total nitrogen dan total fosfor. Perkembangan eutrofikasi tidak hanya berpengaruh terhadap penurunan kualitas air suatu perairan namun juga berpengaruh terhadap sistem rantai makanan pada ekosistem perairan tersebut. Kondisi eutrofik yang ditandai oleh dominansi kelompok dari jenis-jenis alga biru akan berpengaruh terhadap pasokan pakan bagi zooplankton, karena jenis-jenis alga biru yang terlalu besar tidak bisa dikonsumsi oleh zooplankton akibatnya akan terjadi perubahan hubungan sistem pemangsaan pada sistem rantai makanan pada suatu ekosistem perairan (Seller dan Markland, 1987). Oleh karena itu fitoplankton merupakan parameter penting dalam mengevaluasi tingkat kesuburan atau tingkat kualitas suatu perairan.