Dipa, Satriadi Rais (2011) Hidrologi lahan gambut dan peranannya dalam kelestarian lahan gambut tropis. In: Prosiding Simposium Nasional Ekohidrologi, 24 Maret 2011, Gedung Widyagraha – LIPI Jakarta.
Prosiding_Dipa Satriadi Rais_126-153.pdf - Published Version
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial Share Alike.
Download (917kB) | Preview
Abstract
Terdapat sekitar 27 juta hektar lahan gambut di Asia Tenggara, 21 juta hektar (78 persen) diantaranya berada di Indonesia. Lahan gambut Indonesia terutama tersebar di Sumatra (7.2 juta hektar), Kalimantan (5.8 juta hektar) dan Papua (8 juta hektar). Lahan gambut Indonesia diperkirakan berumur 3000 s/d 30000 tahun. Lahan gambut merupakan ekosistem yang rapuh karena saling-ketergantungan antara gambut dan vegetasi penutupnya sangat erat, jauh lebih erat dibandingkan lahan-lahan kering. Gambut berasal dari akumulasi bahan organik dalam lingkungan jenuh air. Kelestariannya sangat tergantung pada rezim hidrologi dimana gambut berada dan keberlangasungan siklus karbon di dalam sistem-nya. Sebagai ekosistem rapuh gangguan kecil dapat barakibat kerusakan fatal, karena topografi dan batas tangkapan sangat mudah berubah, sedangkan terputusnya siklus karbon dapat berakibat kepunahan gambut. Gambut umumnya dicirikan oleh topografi yang sangat datar (lereng umumnya <0.1%), menempati dua atau lebih tangkapan (terutama gambut-gambut berkubah), dan menyimpan karbon dalam jumlah besar, lebih dari 2/3 berada dalam substrat gambut. Pada lahan gambut yang masih baik muka air tanah berada dekat permukaan tanah hampir sepanjang tahun. Muka air tanah jarang jatuh lebih dari 1 m dibawah permukaan tanah pada musim kemarau, sedangkan banjir adalah kondisi alami pada musim hujan. Pada lokasi yang dekat sungai-sungai besar perilaku banjir lebih ditentukan oleh tinggi muka air sungai, semakin jauh dari sungai perilaku gengangan lebih ditentukan oleh lereng dan tahanan hidrolik. Input utama pada lahan gambut adalah curah hujan. Masukan dalam bentuk aliran permukaan maupun bawah permukaan sangat terbatas karena lereng yang sangat datar. Keluaran utama adalah evapotranspirasi dan aliran permukaan. Keluaran dalam bentuk aliran bawah permukaan merupakan komponen sangat kecil, umumnya kurang dari 5% dari masukan kotor, disebabkan gradien hidrolik yang sangat kecil. Walaupun demikian aliran bawah permukaan ini sangat penting dalam mempertahankan aliran dasar pada sistem sungai yang dipasok dari lahan gambut. Karena keluaran utama adalah aliran permukaan maka sistem sungai di lahan gambut bersifat sangat flushy, muka air dan debit sungai naik sangat cepat di musim hujan. Pada tingkatan-tingkatan yang tinggi banyak sungai-sungai kecil lahan gambut yang bersifat intermittent, berair hanya di musim hujan dan kering di musim kemarau. Emisi karbon dan subsidensi adalah dampak yang nyata dari kerusakan hidrologi lahan gambut. Model proxy emisi karbon dan subsidensi merupakan salah satu pendekatan efektif dalam mempelajari kedua subjek ini. Suatu model subsidensi dengan melibatkan variabel bulk density dan kehilangan massa gambut dipaparkan dalam artikel ini
| Item Type: | Conference or Workshop Item (Paper) |
|---|---|
| Uncontrolled Keywords: | lahan gambut, sumberdaya air, hidrologi |
| Subjects: | Natural Resources & Earth Sciences Natural Resources & Earth Sciences > Hydrology |
| Depositing User: | Saepul Mulyana |
| Date Deposited: | 18 Feb 2025 02:12 |
| Last Modified: | 18 Feb 2025 02:12 |
| URI: | https://karya.brin.go.id/id/eprint/36792 |


