Struktur komunitas ikan dalam hubungannya dengan kualitas air bagian hilir Sungai Siak, Provinsi Riau

Sungai Siak merupakan satu dari empat sungai besar di provinsi Riau dan merupakan sungai terdalam di Indonesia yang sedang mengalami tekanan akibat intensitas pemanfaatan yang cukup tinggi. Studi pencemaran Sungai Siak telah banyak dilakukan namun terbatas pada sifat fisik dan kimia air sedangkan fauna khususnya ikan belum dilakukan. Penelitian bertujuan mengetahui struktur komunitas ikan dan hubungannya dengan kualitas perairan bagian hilir Sungai Siak, Riau. Penelitian dilakukan pada bulan Juni dan Agustus 2008. Empat belas stasiun ditentukan di Sungai Siak bagian hilir secara purposive random sampling berdasarkan pada perbedaan mikrohabitat. Contoh air dan ikan dikumpulkan pada setiap stasiun. Contoh ikan diperoleh dari hasil tangkapan nelayan yang menggunakan berbagai alat tangkap, dilabel, diukur berat dan dihitung jumlah setiap spesies yang kemudian diawetkan dengan formalin 10%. Kelimpahan relatif ikan dianalisis dengan cluster. Contoh air diambil pada kedalaman 1,0 m dari permukaan air dengan menggunakan kemmerer water sampler, kemudian diukur secara insitu (suhu, pH, dan oksigen terlarut) dan eksitu (jumlah padatan tersuspensi, jumlah padatan terlarut, jumlah karbon organik, organik karbon terlarut, konsumsi oksigen biologi, nitrat, dan fosfat). Struktur komunitas ikan yang dianalisis meliputi indeks keanekaragaman dan dominansi, dan proporsi kelimpahan spesies (kelimpahan relatif) dan dihubungkan dengan kualitas lingkungan perairan. Stasiun Sungai Siak bagian hilir dimulai dari Tapung kiri sampai ke Stasiun Sungai Mandau yang mengalami proses degradasi ditandai dengan indeks keanekaragaman yang berkisar antara <1-3 dengan proporsi ikan kelas cyprinidae lebih mendominasi dari ikan kelas lainnya. Analisis cluster parameter kimia perairan di Sungai Siak ditemukan 3 (tiga) kelompok stasiun. Kelompok pertama menunjukkan tekanan lingkungan minimal seperti Tapung Kanan, Ref. Tampan dan Tiang Genting. Kelompok kedua dicirikan dengan tingginya kandungan bahan organik dan COD dan rendahnya kandungan oksigen terlarut misalnya untuk Indah Kiat dan Gasif, kelompok ketiga dicirikan dengan TDS dan daya hantar listrik yang relatif tinggi di Stasiun Pelita Pantai dan Segentil.