Pembesaran kepiting bakau, scylla serrata, di lahan mangrove dengan sistem silvo-fishery

Kawasan mangrove sebagai habitat asli kepiting bakau sangat cocok dijadikan sebagai daerah pembesaran kepiting bakau. Perbesaran kepiting bakau dengan sistem silvo-fishery diharapkan, dapat menunjang usaha perbenihan dan pembesaran kepiting bakau secara berkesinambungan, keberhasilan sistem ini juga memungkinkan upaya konservasi kepiting bakau di lahan mangrove di masa yang akan datang. Penelitian dilakukan di tambak Instalasi Penelitian Marana, Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau, Maros, Sulawesi Selatan. Benih yang ditebar adalah krablet-30 dengan bobot rata-rata 0,18+0,03 g, panjang karapas 0,67+0,1 mm dan lebar karapas 0,87+0,1 mm. Areal yang digunakan adalah lahan tambak seluas sekitar 1,5 ha yang pada sepanjang bagian dalam pematangnya ditanami dengan bakau. Untuk tahap awal ini benih kepiting dari jenis S. serrata yang berumur sekitar 50 hari atau krablet 30 ditebar sebanyak 1500 ekor atau 0,1 ekor/m 2 . Kepiting dibiarkan mencari makan di dalam hutan bakau tanpa diberi pakan tambahan. Sampling untuk mengetahui pertumbuhan kepiting dilakukan setiap bulan. Penangkapan kepiting dilakukan dengan menggunakan rakkang atau bubu. Setelah dipelihara di lahan mangrove selama enam bulan, kepiting yang dipelihara mengalami pertumbuhan yang cukup baik dengan berat rata-rata 316 g dari bobot awal kurang dari satu gram.