Tinjauan historis perkampungan Melayu Mentok

Fakhrizal, Abubakar (2022) Tinjauan historis perkampungan Melayu Mentok. Kapita Selekta Penulisan Sejarah Lokal, 5 (-): 2. pp. 99-156. ISSN 2986-0830

[thumbnail of 2986-0830_5_Des_2022-2.pdf]
Preview
Text
2986-0830_5_Des_2022-2.pdf - Published Version

Download (2MB) | Preview

Abstract

Negeri Mentok terbentuk atas perintah Sultan Mahmud Badaruddin Iuntuk menempatkan rombongan keluarga dan kerabat istrinya Mas Ayu Ratu Zamnah yang berasal dari Pulau Siantan. Mentok yang awalnya merupakan pusat keturunan Siantan, dengan cepat berkembang menjadi distrik multi etnis dengan adanya penambangan timah secara teratur dan besar-besaran di Pulau Bangka. Eksploitasi timah di Pulau Bangka menyebabkan terjadi ketegangan antara Kesultanan Palembang dengan Inggris dan Belanda. Tahun1812, Pulau Bangka jatuh ke tangan Inggris. Setelah terjadinya Traktat London pada tahun 1814, maka pada tahun 1816 Pulau Bangka diserahkan kepada Belanda. Perkembangan Mentok sebagai ibukota Bangka tampak begitu jelaspada masa kolonial Belanda. Kota Mentok perlahan-lahan berubah dari 'kampung besar' menjadi sebuah 'Kota Hindia Belanda'. Mentok menjelma sebagai kota multi etnis yang tertata rapi dengan berbagai fasilitas perkotaan yang di bangun oleh Belanda. Pemisahan pemukiman menurut kelompok etnis pun terjadi berdasarkan tiga kelompok besar, yaitu Melayu, Cina dan Eropa. Ketika Inggris berkuasa di Mentok, mereka mengakui keberadaan perkampungan Melayu lama yaitu Kampung Keranggan, Kampung Patmun, Kampung Pemuhun, Kampung Pekauman Dalam dan Kampung Jiran Siantan. Saat ini kampung-kampung Melayu Mentok lama ini sebagian tidak dikenal lagi karena sudah berganti nama. Tetapi keberadaannya dapat dibuktikan dengan adanya tinggalan-tinggalan (meski tidak banyak lagi yang tersisa) berupa rumah-rumah panggung Melayu, sebagai indikasi lokasi pemukiman kaum sebelumnya. Tulisan ini membahas Latar belakang sejarah dan identitas pembentukan Kampung Melayu Mentok. Titik berat penelitian terletak pada kajian historis dengan metode observasi, wawancara dan kajian literasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perpaduan antara rumah panggung kayu Melayu Bangka dengan rumah panggung kayu dari Johor dan Palembang menjadi ciri khas tersendiri rumah panggung Melayu yang ada di Kota Mentok. Pengaruh rumah panggung dari Johor dapat diidentifikasi dari atap rumah yang berbentuk pelana. Begitu juga keberadaan rumah panggung kayu Melayu dengan ataplimas merupakan bukti adanya pengaruh hubungan yang kuat antara Kota Mentok dengan wilayah Palembang pada masa lampau. Dalam perjalanan sejarahnya, Kota Mentok tidak dapat dilepaskan dari Kesultanan Palembang. Kesultanan Palembang juga mempunyai hubungan dengan Kesultanan Johor. Rumah panggung pada perkampungan Melayu Mentok juga dipengaruhi dengan kedatangan imigran Cina, Arab, dan juga Eropa. Saat ini jumlah rumah panggung kayu yang ada di Mentok mengalami penurunan drastis karena banyak yang sudah berubah bentuk menjadirumah non-panggung ataupun dibiarkan terbengkalai dikarenakan sulitnya memperoleh bahan baku dan tingginya biaya perawatan. Orang-orang mulai meninggalkan rumah panggung kayu dan memilih tipe perumahan modern. Secara perlahan eksistensi rumah panggung kayu Melayu Mentok mulai tergeser oleh tipe rumah baru yang lebih ekonomis, mudah dirawat dan mudah didapat. Namun demikian saat ini seperti yang ada di Kampung Ulu, masih ada beberapa rumah yang masih bertahan bahkan masih memiliki kondisi terpelihara baik.

Item Type: Article
Additional Information: Validated by Sri Wulan
Uncontrolled Keywords: Mentok, Melayu, Perkampungan, Johor, Palembang, Rural areas, Ethnic groups
Subjects: Social and Political Sciences > Social Concerns
Depositing User: Djaenudin djae Mohamad
Date Deposited: 13 Feb 2024 02:22
Last Modified: 13 Feb 2024 02:22
URI: https://karya.brin.go.id/id/eprint/32734

Actions (login required)

View Item
View Item