Desain ruang parahyangan untuk pembangunan berkelanjutan berkonsep ekologi

Frysa, Wiriantari and Made, Mariada Rijasa (2023) Desain ruang parahyangan untuk pembangunan berkelanjutan berkonsep ekologi. Jurnal Ilmiah VASTUWIDYA, 6 (1). pp. 55-63. ISSN 2620-3448

[thumbnail of Jurnal_Frysa Wiriantari_Universitas Dwijendra Denpasar_2023-6.pdf]
Preview
Text
Jurnal_Frysa Wiriantari_Universitas Dwijendra Denpasar_2023-6.pdf - Published Version
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial Share Alike.

Download (313kB) | Preview

Abstract

Parahyangan atau yang lebih dikenal dengan sebutan pura merupakan sebuah ruang atau wadah tempat masyarakat Hindu Bali melakukan aktivitas untuk menjalankan sradha bakti kepada Tuhan sebagai pencipta alam semesta. Parahyangan sebagai tempat suci acapkali dilupakan sebagai bagian dari pembangunan berkelanjutan. Saat ini pembangunan masih berorientasi pada fasilitas fasilitas untuk masyarakat skala luas dan mengesampingkan kaum minoritas. Di Bali sendiri keberadaan parahyangan memegang nilai vital dan merupakan jiwa bagi masyarakat Hindu, sehingga keberadaannya patut untuk dilestarikan. Fenomena diataslah yang menjadi dasar diangkatnya penelitian ini, bahwa sangat penting untuk menjaga dan melibatkan tata ruang parahyangan/pura dalam konsep pembangunan berkelanjutan. Ruang lingkup penelitian terbatas pada bentuk, fungsi dan makna dari ruang parahyangan dalam kaitannya dengan pembangunan keberlanjutan. Penelitian ini menggunakan metode descriptive kualitatif, dengan memfokuskan pencarian data melalui observasi dan wawancara mendalam dengan berbagai pihak yang diyakini mampu mewakili masyarakat untuk memberikan jawaban atas pertanyaan yang ada.

Dari hasil penelitian di peroleh bahwa Tri Hita Karana sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam tata ruang dan kehidupan masyarakat Hidu Bali juga tercermin dalam tata ruang parahyangan yakni terdapatnya tiga pembagian ruang berupa Jaba sisi, jaba tengah dan jeroan. Serta adanya bentuk parahyangan yang menyesuaikan dengan orientasi matahari dan sumbu bumi sebagai poros dunia. Bagian tersuci dari parahyangan merupakan arah terbitnya matahari sebagai makna kemakmuran dan juga merupakan tempat tertinggi sebagai makna tempat yang disucikan dan tempat berstananya para Dewa.

Sebagai wadah untuk menunjukkan sradha bakti kepada Tuhan sebagai pencipta alam semesta, nilai nilai dan makna simbolik merupakan makna yang paling dirasakan dan diakui oleh masyarakat mengenai keberadaan parahyangan. Penggunaan material dari alam dan keberadaan ruang terbuka akan menciptakan iklim mikro memberikan kenyaman bagi masyarakat yang berada di sekitarnya. Terpenuhinya aspek ekonomi, social dan budaya dalam ruang parahyangan menjadikan ruang skala meso ini sangat layak sebagai bagian dari pembangunan berkelanjutan.

Item Type: Article
Uncontrolled Keywords: Wadah, Aktivitas, Ruang meso, Pembangunan berkelanjutan, Parahyangan, Sustainable development
Subjects: Building Industry Technology
Depositing User: I Made Budhi Gautama
Date Deposited: 20 Sep 2023 03:53
Last Modified: 20 Sep 2023 03:53
URI: https://karya.brin.go.id/id/eprint/25827

Actions (login required)

View Item
View Item