Deteksi gelombang gravitasi atmosfer pada ketinggian ionosfer akibat letusan Gunung Merapi 25 Oktober 2010

Data dari tiga stasiun GPS yang terletak di sekitar kawasan Gunung Merapi (-7.53 LS, 110.43 BT) telah digunakan untuk study pengaruh letusan Gunung Merapi terhadap pembangkitan gelombang gravitasi atmosfer (Atmospheric Gravity Wave, AGW) di ketinggian ionosfer. Data dengan resolusi 30 detik dari penerima GPS stasiun tetap BPN (Badan Pertanahan Nasional) (yaitu Sleman (-7.706 LS, 110.3 BT), Boyolali (-7.54 LS, 110.6 BT) dan Demak (-6.89 LS, 110.63 BT) telah proses untuk mendapatkan nilai TEC (Total Electron Content). Gunung Merapi meletus pada tanggal 25 Oktober 2010 jam 14:04, 14:24 dan 15:15 waktu lokal yang menimbulkan 222 kejadian gempa vulkanik serta memuntahkan gas panas ke atmosfer. Untuk mendeteksi perubahan TEC akibat letusan maka data dari ketiga stasiun dianalisis dengan deviasi TEC dan high pass filter untuk memisahkan gangguan temporal skala kecil sampai menengah dengan perhatian pada satelit tertentu di atas titik ionosfer (ionospheric pierce point, IPP) yaitu ketinggian sekitar 300 km. Hasil analisis deviasi TEC dari tiga stasiun GPS setelah beberapa jam terjadinya letusan Gunung Merapi memperlihatkan adanya gangguan dengan skala periode kurang dari 30 menit. Gangguan terjadi pada sekitar pukul 16:30 UT atau pukul 23:30 waktu lokal dengan amplitude maksimum (peak to peak) sekitar 1.5 TECU (1 TECU=10^16 elektron/m2) terjadi di GPS stasiun Boyolali. Amplitudo teramati melemah di GPS stasiun Demak. Dari amplitudo dan periode gangguan, maka diduga bahwa telah terjadi penetrasi gelombang gravity atmosfer sehingga terjadi gangguan di ionosfer yaitu gangguan ionosfer bergerak skala menengah (MSTID), karena TID adalah manifestasi dari gelombang atmosfer gravity di ketinggian ionosfer.