Aris, Poniman (1995) Aplikasi data penginderaan jauh untuk pemetaan sumberdaya alam. In: Seminar Antariksa Nasional 1995, 26 Oktober 1995, Jakarta.
Prosiding_1995_ArisPoniman_149-160.pdf
Download (5MB) | Preview
Abstract
Energi surya merupakan sumber energi yang penting untuk dipakai baik di permukaan bumi maupun di antariksa, karena sumber energi ini tidak akan pernah habis dan akrab lingkungan. Salah satu manfaat energi surya yang banyak dipakai pada saat ini adalah dengan mengkonversikannya menjadi energi listrik. Di Indonesia Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) telah dikaji dan diterapkan sejak tahun 1978 dan beberapa proyek demonstrasi dan penerapan sudah terpasang sekitar 3 MW untuk berbagai jenis pemanfaatan yang tersebar di berbagai tempat. Satelit-satelit di antariksa telah memanfaatkan tenaga surya untuk memasok energi listrik bagi kebutuhan operasionalnya. Pada saat ini sel surya yang dipakai di satelit terutama terbuat dari bahan silikon dan gallium arsenid (GaAs). Kemajuan teknologi sel surya pada suatu saat dapat menerapkan sel surya lapisan tipis yang berefisiensi tinggi.
Aplikasi data penginderaan jauh untuk pemetaan sumberdaya alam telah dilaksanakan pada pjp-1, yaitu dimulai dari pemotretan udara untuk pemetaan dasar, pemotretan udara kamera ganda untuk pemetaan dasar dan inventarisasi sumberdaya alam, pengintegrasian teknologi satelit ke dalam sistem perpetaan di Indonesia, implementasi teknologi perekaman udara radar baik untuk pemetaan geologi maupun mengisi kekosongan data pada wilayah yang selalu berawan maupun revisi peta. Memasuki Pelita VI, sebagai awal PJP-II, penelitian dan pengembangan aplikasi penginderaan jauh diarahkan untuk dapat lebih dioperasionalkan dalam mempercepat kegiatan survei dan pemetaan sumberdaya alam, yaitu: (a) untuk penyusunan peta-peta tematik sumberdaya alam skala 1:25.000 sampai dengan 1:100.000; (b) penyusunan peta citra satelit yang dioperasionalkan sebagai produk antara atau pengganti bagi wilayah yang belum tersedia peta dasarnya. Peta citra satelit tematik juga perlu dikembangkan untuk mempercepat penyelesaian ketersediaan informasi sumberdaya alam; (c) menyelesaikan peta-peta skala 1:250.000 atau lebih kecil yang belum terselesaikan pada PJP-1. Revisi peta pada wilayah-wilayah yang mengalami perubahan cepat juga merupakan tantangan yang dihadapi sepanjang PJP-Il; (d) pemantauan sumberdaya alam dan lingkungan yang harus semakin ditingkatkan melalui survei inderaja multiwaktu. Disamping kegiatan aplikasi penginderaan jauh yang bersifat operasional, kegiatan penelitian dan pengkajian teknologi dan aplikasi penginderaan jauh terus dikembangkan dengan memanfaatkan data inderaja pasif dan aktif yang digunakan secara komplementer; (e) penyusunan Atlas Sumberdaya Nasional digital dengan memanfaatkan data penginderaan jauh; (f) pengembangan penyusunan Neraca Sumberdaya Alam pada tingkat Pusat maupun Daerah secara lebih sistematis menggunakan citra inderaja multiwaktu.
Item Type: | Conference or Workshop Item (Paper) |
---|---|
Subjects: | Taksonomi LAPAN > Kajian Kebijakan Penerbangan dan Antariksa > Manajemen > Penelitian dan Pengembangan Penerbangan dan Antariksa > Bidang Teknologi Penginderaan Jauh Taksonomi LAPAN > Teknologi Penginderaan Jauh > Hak Kekayaan Intelektual > Bidang Teknologi dan Data Penginderaan Jauh |
Divisions: | LAPAN > Deputi Sains Antariksa Dan Atmosfer |
Depositing User: | - mayang - |
Date Deposited: | 28 Aug 2024 02:24 |
Last Modified: | 28 Aug 2024 02:24 |
URI: | https://karya.brin.go.id/id/eprint/21955 |