Dampak MTCR terhadap Pengembangan Material Pendukung Teknologi Peroketan Nasional

Dalam pengembangan teknologi peroketan, material pendukung merupakan salah satu aspek teknis yang diperlukan. Indonesia sebagai negara berkembang memiliki keterbatasan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi peroketan, termasuk dalam pengadaan material pendukung seperti komponen dan bahan baku, sehingga memerlukan alih teknologi dan impor dari negara maju. Semula Indonesia tidak banyak mengalami kesulitan, namun setelah terbentuknya Missile Technology Control Regime (MTCR) pada tahun 1987 yaitu suatu perjanjian multilateral yang isi pokoknya adalah pelarangan ekspor peralatan dan teknologi peluncuran wahana peluncur dirgantara tak berawak (termasuk komponen pendukungnya) yang mampu untuk mengangkut muatan lebih dari 500 kg dengan jarak jelajah lebih dari 300 km. Tujuan MTCR adalah membatasi perkembang-biakan senjata pemusnah misal nuklir, kimia dan biologi dengan jalan mengawasi pengembangan wahana peluncurnya. Saat ini 34 negara telah menandatanganinya, namun Indonesia belum menjadi anggota. Dengan adanya MTCR maka Indonesia semakin mengalami kesulitan dalam impor peralatan, komponen dan bahan baku teknologi pengembangan peroketan. Walaupun Indonesia hanya mengembangkan teknologi peroketan yang masih diluar larangan MTCR, namun kecurigaan berlebih timbul dari kalangan anggota MTCR, bahwa natinya dapat digunakan untuk pengembangan teknologi peroketan yang lebih besar. Oleh karena itu dalam makalah ini diuraikan garis besar ketentuan MTCR, perkembangan penerapan MTCR, dan perkiraan dampaknya bagi Indonesia, dan perumusan kebijakan strategis pengadaan material pendukung pengembangan teknologi peroketan nasional. Menghimpun potensi nasional merupakan salah satu alternatif kebijakan strategis yang diperkirakan mengalami hambatan minimal