Tingkat pencemaran udara NOx di Jakarta periode 1996-1998

Pencemaran udara di perkotaan terutama disebabkan oleh aktivitas transportasi, berupa NOx, CO, VOC, dan partikulat. Jakarta merupakan kota terbesar di Indonesia, dan sebagai pusat pemerintahan, perdagangan, dan aktivitas industri menarik terjadinya urbanisasi. Peningkatan jumlah penduduk menyebabkan kenaikan konsumsi energi yang diperlukan untuk rumah tangga, transportasi dan aktivitas lainnya, sehingga emisi gas dan partikulat pencemar ke udara bertambah. Hasil pengukuran NOx di Jakarta 1996-1998 menunjukkan bahwa konsentrasi NOx di wilayah Jakarta Pusat dipengaruhi oleh musim. Pada musim kemarau konsentrasi NOx lebih tinggi dari pada musim hujan. Maret 1997 - September 1997 konsentrasi NOx relatif tinggi karena ada peristiwa El Nino yang mengakibatkan kemarau panjang sehingga tidak ada pencucian atmosfer oleh air hujan. Tingkat Konsentrasi NOx tertinggi di wilayah Jakarta Pusat terjadi di daerah stasiun Gambir, berkisar antara 38 ppb 168 ppb, sementara di Istiqlal, Gedung Perpustakaan, Tebet, Senayan dan Casablanca berkisar antara 0,6 ppb 54,5 ppb. Di wilayah Jakarta - bagian pinggir, konsentrasi NOx sangat bervariasi dan tidak tampak adanya pengaruh musim. Di wilayah Pulogadung yang merupakan daerah transportasi padat dan daerah industri, pada tahun 1997 tingkat konsentrasi NOx terbesar berkisar antara 24 ppb - 67 ppb, sementara di stasiun lain 0,6 ppb 46,8 ppb. Tingkat konsentrasi NOx di Jakarta pada tahun 1998 turun sangat besar karena ada pembersihan atmosfer oleh air hujan ditambah berkurangnnya jumlah kendaraan bermotor yang beroperasi 20,55% dari tahun 1997. Tingginya tingkat konsentrasi NOx Jakarta Pusat ini menunjukkan bahwa transportasi merupakan sumber dominan NOx. Tingkat konsentrasi NOx terbesar terjadi di stasiun Gambir. Kemudian tingkat lebih rendah terjadi di Istiqlal, Gedung Perpustakaan. Senayan, Casablanca, dan Tebet.
Activate Windows