PENANDAAN SERANGGA HAMA DENGAN RADIOISOTOP UNTUK STUDI POLA PEMENCARAN, MIGRASI DAN ESTIMASI KEPADATAN POPULASI

Sutrisno, Singgih (2008) PENANDAAN SERANGGA HAMA DENGAN RADIOISOTOP UNTUK STUDI POLA PEMENCARAN, MIGRASI DAN ESTIMASI KEPADATAN POPULASI. Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi, 4 (1). pp. 13-26. ISSN 1907-0322

[thumbnail of PENANDAAN SERANGGA HAMA DENGAN RADIOISOTOP UNTUK STUDI POLA PEMENCARAN, MIGRASI DAN ESTIMASI KEPADATAN POPULASI] Text (PENANDAAN SERANGGA HAMA DENGAN RADIOISOTOP UNTUK STUDI POLA PEMENCARAN, MIGRASI DAN ESTIMASI KEPADATAN POPULASI)
536

Download (24kB)

Abstract

Untuk mempelajari perilaku serangga di dalam habitatnya seperti pemencaran, migrasi dan jarak terbang diperlukan serangga bertanda agar dapat dilakukan perunutan pergerakannya. Salah satu metoda yang mempunyai prospek baik untuk penandaan internal adalah dengan penggunaan radioisotop. Radioisotop yang digunakan untuk penandaan serangga antara lain 3H, 32P, 14Ca, 45K, 35S, 59Fe, 60Co, dan 14C. Penandaan serangga dengan isotop lebih menguntungkan dibandingkan dengan zat warna karena isotop yang digunakan dapat terikat pada jaringan, misalnya 3H, 32P, 14Ca, K, 131I. Sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan jenis radioisotop perlu diperhatikan waktu berlangsungnya percobaan. Hal ini perlu dilakukan karena telah ditemukan beberapa jenis radioisotop ternyata toksik pada serangga walaupun mempunyai waktu paruh yang memadai yaitu 45Ca, 59Fe, 86Rb, 110Ag, 115Cd, dan 131J. Syarat yang harus dipenuhi untuk penandaan serangga dengan radioisotop ialah aman terhadap serangga, aman terhadap lingkungan, mudah diterapkan, materi mudah didapat dan diterima oleh masyarakat. Radioisotop 32P dengan dosis yang tepat memenuhi syarat untuk digunakan dalam penelitian ini karena mempunyai waktu paruh yang relatif pendek, yaitu 14,3 hari. Penandaan dengan isotop yang lain ialah penandaan serangga dengan isotop stabil seperti misalnya rubidium yang dapat dianalisis dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) atau dapat pula diubah menjadi bentuk radioisotop agar dapat dideteksi. Bila yang digunakan adalah isotop stabil maka contoh hasil percobaan dapat disimpan dalam waktu yang lama, sehingga analisis sampel dapat dilakukan menurut waktu yang dikehendaki. Unsur stabil dapat diubah menjadi radioisotop melalui penembakan dengan netron di dalam reaktor nuklir atau akselerator. Selanjutnya unsur yang telah mengalami aktivasi tersebut dapat diidentifikasi dengan pencacah sintilasi padat, dengan sistem analisis salur banyak atau dapat pula dideteksi dengan autoradiogra.

Item Type: Article
Subjects: Taksonomi BATAN > Isotop dan Radiasi > Pemanfaatan Isotop dan Radiasi > Bidang Pertanian
Divisions: BATAN > Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi
IPTEK > BATAN > Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi
Depositing User: Administrator Repository
Date Deposited: 18 May 2018 07:48
Last Modified: 02 Jun 2022 02:37
URI: https://karya.brin.go.id/id/eprint/2045

Actions (login required)

View Item
View Item