Analisis spasial Monsun Indonesia berbasis multivariabel

Erma Yulihastin and Noersomadi (2010) Analisis spasial Monsun Indonesia berbasis multivariabel. In: "Seminar Nasional Sains Atmosfer 2010" Kontribusi Sains Atmosfer dalam menghadapi Perubahan Iklim Indonesia, 16 Juni 2010, Bandung.

[thumbnail of Prosiding_Erma_LAPAN_2010.pdf]
Preview
Text
Prosiding_Erma_LAPAN_2010.pdf - Published Version

Download (4MB) | Preview

Abstract

Kondisi monsun Indonesia secara klimatologis diteliti melalui analisis multivariabel data Klimatologi global periode 1980-2009 dari NCEP/NCAR Reanalysis, yang meliputi radiasi gelombang panjang (Outgoing Long wave Radiation' OLR)garis arus angin (stream line), temperatur titik embun pada level 700hPa, kelembapan spesifik pada level 850, dan presipitasiHasil penelitian menunjukkan bahwa pada bulan Januari terjadi fase penguatan monsun musim dingin Asia, direpresentasikan oleh nilai OLR terdistribusi hampir merata di wilayah BMI (Benua Maritim Indonesia) antara 180-210 W/m², sangat kontras dibandingkan dengan wilayah tropis lainnya (10-20 LU; 20-23.5 LS) yaitu 230-270 W/m. Garis arus angin di atas BMI menampakkan angin barat laut yang membawa uap air sehingga menaikkan temperatur titik embun antara 2,5 - 4°C, serta kelembapan spesifik secara merata lebih dari 10 g/kg, dan presipitasi lebih dari 10 mm hari, kecuali wilayah sekitar Sulawesi dan Maluku yaitu 4-8 mm hari. Adapun pada bulan Juli terlihat fase penguatan monsun musim dingin Australia telah memberikan efek bagi terbentuknya fase kering atmosfer di selatan BMIHal ini tampak dari nilai OLR yang berbeda antara wilayah bagian selatan (Jawa, Bali, Nusa Tenggara) yakni 230- 270 W/m dan utara (Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Papua) pada interval 200-230 W/m Garis arus angin menunjukkan angin timur (tenggara) berasal dari dataran Australia cenderung bersifat kering sehingga menurunkan temperatur titik embun di selatan BMI (di bawah 0°C) dan kandungan uap air (8-10 g/kg)Sementara di utara BMI temperatur titik embun cukup tinggi antara 1-3.5°C dengan kelembapan spesifik yang juga tinggi (lebih dari 10 g/kg)Distribusi spasial presipitasi di sebagian besar wilayah Indonesia memiliki nilai kurang dari 2 mm/hari. kecuali sekitar Sumatera bagian utara, sebagian besar Kalimantan dan Papua, Sulawesi, serta Maluku yang berkisar 4-6 mm/hari. Hal ini membuktikan bahwa pengaruh penguatan monsun musim dingin Australia terhadap pembentukan fase kering, atmosfer secara signifikan hanya berlaku bagi wilayah bagian selatan BMI.

Item Type: Conference or Workshop Item (Paper)
Uncontrolled Keywords: monsun, multivariabel, OLR, presipitasi, temperatur titik embun, kelembapan spesifik, BMI
Subjects: Taksonomi LAPAN > Sains Antariksa dan Atmosfer > Penelitian, Pengembangan, dan Perekayasaan > Sains Teknologi Atmosfer > Perubahan Iklim
Divisions: LAPAN
Depositing User: - Aullya -
Date Deposited: 26 Sep 2023 09:05
Last Modified: 26 Sep 2023 09:05
URI: https://karya.brin.go.id/id/eprint/19813

Actions (login required)

View Item
View Item