Potensi risiko kebakaran lahan dan hutan melalui indeks kekeringan berdasarkan data mentah dari model iklim regional precis

Kondisi cuaca kering merupakan salah satu penyebab terjadinya kebakaran lahan dan hutan yang luas di Indonesia. Kami melakukan kajian dampak perubahan iklim terhadap potensi risiko kebakaran lahan dan hutan melalui analisa pola iklim dan pola Indeks Kekeringan Keetch-Byram (KBDI) dengan menggunakan data mentah luaran dari model iklim regional PRECISKami memilih lokasi Kalimantan timur dan Sumatera timur sebagai contoh kasusdan dua kelompok emisi gas rumah kaca, emisi tinggi A2 dan emisi rendah B2, dalam melakukan simulasi iklim regional. Secara umum projeksi iklim memperlihatkan kenaikan suhu maksimum di kedua lokasi di atas 3°C pada periode 2070-2100 dibandingkan periode acuan 1960-1990. Sedangkan rata-rata curah hujan tahunan sedikit berkurang (hampir 12%) atau tetap, namun dengan perbedaan antar musim yang semakin tajam. Jumlah hari dengan kondisi kekeringan ekstrim (KBDI melebihi 1750 untuk nilai maksimum 2000) di Kalimantan menunjukkan peningkatan dari rata-rata 13,9 hari/thn menjadi 42,9 hingga 55,2 hari/thn masing-masing untuk B2 dan A2Sedangkan di Sumatera, jumlah hari dengan kondisi kekeringan ekstrim meningkat dari rata-rata 17,1 hari/thn menjadi 56,5 hingga 64,2 hari/thn untuk B2 dan A2. Dengan demikian, kondisi cuaca yang memudahkan terjadinya kebakaran lahan dan hutan akan lebih sering terjadi untuk skenario perubahan iklim dengan emisi rendah maupun tinggiSehingga penanganan kebakaran lahan dan hutan harus lebih serius.