Wahyoe, Soepri Hantoro (1994) Umur radiokarbon koral terumbu holosen dari pulau-pulau di Busur Timur Sunda dan Busur Barat Banda, Indonesia. In: Proceedings Seminar Sains dan Teknologi Nuklir PPTN-BATAN, 7-9 Februari 1994, Bandung.
Prosiding_Wahyoe Soepri H_Puslitbang Geoteknologi_1994.pdf - Published Version
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial Share Alike.
Download (3MB) | Preview
Abstract
Sejumlah contoh koral dapat diperoleh dari terumbu tersembul yang dijumpai masih pada posisi tumbuh dan dalam keadaan bersih tidak terhablur ulang. umumnya contoh sebagai koral pejal jenis Parites sp., Goniastrea sp., Favia sp., Coeloseris sp., Platygira sp., Ouphylia sp., Pseudosiderastre sp., di samping koral cabang jenis Acropora sp. Sebagai komponen terumbu, koral-koral tersebut diperoleh dari bagian atas, dengan demikian mewakili tinggi terumbu yang berkisar antara 0,3 hingga 3 m di atas paras muka laut rata-rata surut paling rendah saat ini. Pentarikhan contoh ini dilakukan untuk mengetahui umur mutlak terumbu tersembul tadi, yang dapat dianggap mewakili posisi paras muka laut saat pembentukkannya. Radiokarbon (¹⁴C) metode cair dipilih sebagai salah satu metode analisis pentarikhan koral tersebut, yaitu dengan melakukan sintesa bensen terhadap contoh koral. Analisis dilakukan setelah dilakukan pemilihan berdasar pemeriksaan terhadap contoh dengan memakai berbagai metode, antara lain petrografi dan analisis geokimia, untuk mengetahui bahwa contoh tidak atau hanya sedikit mengalami proses penghabluran ulang sebagai indikasi migrasi geokimia pada cangkang. Hasil pentarikhan memberi kisaran umur yang jatuh pada kala holosen atau kurun waktu dari sekitar 1000 hingga 6000 tahun lalu (BP). Analisis dengan metode lain (²³⁰Th/²³⁴U dan ESR) dilakukan sebagai upaya memperoleh umur pembanding. Posisi tinggi terumbu pada kurun waktu tersebut menyatakan bahwa koral terbentuk pada saat bersamaan dengan naiknya paras muka laut setelah zaman pengesan (Glacial) menyusul pelelehan tudung es di di sebelah kutub, hingga tercapai puncak tinggi relatif paras muka laut pada 5 500 BP. Paras muka laut tersebut kemudian relatif turun terhadap daratan oleh terjadinya lentingan daratan oleh reaksi hidroisostasi, hingga mencapai posisi pada 0 m terukur saat ini.
Item Type: | Conference or Workshop Item (Paper) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Radiokarbon, Koral, Geologi |
Subjects: | Ocean Sciences & Technology > Physical & Chemical Oceanography Ocean Sciences & Technology > Biological Oceanography |
Divisions: | OR Kebumian dan Maritim > Kebencanaan_Geologi |
Depositing User: | - Rahmahwati - |
Date Deposited: | 23 Jun 2023 04:45 |
Last Modified: | 23 Jun 2023 04:45 |
URI: | https://karya.brin.go.id/id/eprint/18728 |