Perkembangan perkebunan kelapa sawit dan penyerapan tenaga kerja: Kasus Kabupaten Pasir, Provinsi Kalimantan Timur

Tulisan ini bermaksud mengkaji tentang pengelolaan perkebunan kelapa sawit dan menganalisis penyerapan tenaga kerja sejalan dengan perkembangan perkebunan kelapa sawit di Propinsi Kalimantan Timur umumnya dan Kabupaten Pasir pada khususnya. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif terhadap pekerja di perkebunaan kelapa sawit, khususnya terhadap petani plasma kelapa sawit pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR-BUN) di Desa Padang Jaya, Kecamatan Kuaro. Perkebunan kelapa sawit di Propinsi Kalimantan Timur mulai berkembang sejak tahun 1982/1983 dengan pola PIR-BUN, oleh PT Perkebunan Nusantara XIII. Sebagai sektor unggulan dan prioritas bagi perekonomian di Kabupaten Pasir, perkebunan kelapa sawit mengalami perkembangan yang cukup pesat terutama sejak dikembangkannya pengelolaan kelapa sawit dengan pola PIR-Swadaya pada tahun 1990 an. Hal ini didukung oleh potensi yang cukup besar terutama ketersediaan lahan yang diperuntukkan bagi kebun kelapa sawit, dan partisipasi masyarakat setempat. Pengembangan perkebunan kelapa sawit disamping meningkatkan perekonomian masyarakat, juga menyerap tenaga kerja baik pendatang maupun penduduk setempat. Penyerapan tenaga kerja di perkebunan kelapa sawit diharapkan akan meningkat sesuai dengan perkembangan areal luas perkebunan yang direncanakan pemerintah daerah. Meskipun tenaga kerja yang terserap di usaha perkebunan kelapa sawit relatif kecil (rata-rata 2 orang setiap 2 Ha), namun terciptanya kesempatan kerja dapat diperluas karena adanya kegiatan turunan dari hasil produksi kebun kelapa sawit seperti industri pengolahan, perdagangan dan usaha lain yang berkaitan.