Dinamika pemikiran internal tentang peran dan fungsi TNI di era transisi demokrasi

Di era transisi pergulatan TNI mengenai peran dan fungsinya, masih menunjukkan tarik ulur, baik internal maupun eksternal, di dalam tubuh TNI sendiri, maupun dengan kelompok atau kekuatan sipil lainnya. Pemahaman mengenai peran dan fungsi TNI secara internal dan eksternal minimal terdapat tiga faksi, yaitu garis moderat, radikal dan konservatif. Separasi itu terlihat dari berkembangnya wacana mengenai pemisahan antara pertahanan versus keamanan, tentara tidak boleh lagi berpolitik, tentara harus tunduk atas otoritas pemerintahan sipil, dan sebagainya. Tetapi, wacana di luar itu juga masih terjadi, karena keinginan agar TNI tetap "bermain" sebagai kekuatan politik masih terlihat. Secara internal, pergulatannya tercermin dari pertarungan konseptual antarangkatan dalam menyusun Doktrin TNI, Angkatan, dan berbagai petunjuk implementasinya. Meskipun demikian, di era transisi, tupoksi TNI secara substantif mengalami perubahan pemahaman, bahwa penggunaan TNI dalam gelar kekuatan (fungsi perang) maupun dalam menjalankan fungsi non-perang haruslah mengikuti rambu-rambu yang telah digariskan oleh otoritas pemerintah sipil. Meskipun tidak seluruhnya konsep ini diterima oleh TNI, tetapi arah pemahaman seperti itu menunjukkan suatu kemajuan. Kajian tentang Dinamika Pemikiran Internal tentang Tugas dan Peran TNI sekurang-kurangnya menunjukkan berbagai hal yang telah disebut di atas.