Sutrisno, Singgih (2006) PRINSIP DASAR PENERAPAN TEKNIK SERANGGA MANDUL UNTUK PENGENDALIAN HAMA PADA KAWASAN YANG LUAS. Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi, 2 (2). pp. 35-47. ISSN 1907-0322
572
Download (25kB)
Abstract
Teknik Serangga Mandul (TSM) adalah suatu teknik pengendalian hama yang relatif baru, potensial, dan kompatibel dengan teknik lain. Teknik ini meliputi iradiasi koloni serangga di laboratorium dengan sinar γ, n atau x, kemudian secara periodik dilepas di lapang sehingga tingkat kebolehjadian perkawinan antara serangga mandul dan serangga fertil makin menjadi bertambah besar dari generasi pertama ke generasi berikutnya akibat makin menurunnya persentase fertilitas populasi serangga di lapang. Pengaruh penglepasan serangga mandul (dengan rasio 9:1 terhadap serangga jantan alami dan potensi reproduksi setiap ekor serangga betina induk pada tiap generasi menghasilkan keturunan 5 ekor serangga betina) terhadap model penurunan populasi serangga didiskusikan secara konseptual. Dari generasi induk sebanyak satu juta ekor serangga betina menurun menjadi 26.316 ekor, 1.907 ekor, 10 ekor, dan 0 (nihil) berturut-turut pada generasi keturunan ke pertama ,kedua, ketiga dan yang keempat .Selanjutnya apabila teknik jantan mandul dipadukan dengan teknik kimiawi (insektisida) dengan daya bunuh 90 % menjadi bertambah efektif dibandingkan hanya dengan penerapan teknik jantan mandul saja. Dari populasi serangga satu juta ekor pada generasi I menurun menjadi 2.632 , 189, dan 0 ekor berturut-turut untuk keturunan I,II, dan III. Pada Lepidoptera ditemukan adanya fenomena kemandulan yang diwariskan (inherited sterility). Kemandulan yang diwariskan kepada keturunan pertama, menurut Knipling (1970) disebabkan oleh terjadinya translokasi kromosom pada gamet. Pada individu yang heterozygot akan mati dan individu yang homozygot masih dapat hidup. Fenomena kemandulan bastar antar spesies pertama kali ditemukan oleh Laster (1972) pada perkawinan antara Heliothis virescens (F) jantan dan Heliothis subflexa Guenee betina. Ngengat jantan keturunan pertama dari hasil perkawinan antara H. virescens dan H. subflexa menjadi mandul dan yang betina tetap fertil. Bila ngengat betina keturunan pertama ini dikawinkan secara back cross dengan H. virescens jantan maka kejadian akan
berulang kembali yaitu keturunan yang jantan mandul dan yang betina fertil (F2) jantan menjadi mandul dan yang betina fertil).
Item Type: | Article |
---|---|
Subjects: | Taksonomi BATAN > Isotop dan Radiasi > Pemanfaatan Isotop dan Radiasi > Bidang Pertanian |
Divisions: | BATAN > Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi IPTEK > BATAN > Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi |
Depositing User: | Administrator Repository |
Date Deposited: | 12 May 2018 07:09 |
Last Modified: | 31 May 2022 03:42 |
URI: | https://karya.brin.go.id/id/eprint/1456 |