Analisis curah hujan ekstrim di Jakarta dalam kaitannya dengan aktivitas matahari sebagai kontrol iklim

Seperti halnya benda-benda panas lainnya, maka matahari memancarkan sejumlah energi ke semua arah. Energi yang jatuh pada atmosfer atas pada jarak rata-rata bumi matahari (≈149,6 x 106 km) disebut sebagai tetapan matahari (solar constant), yang besarnya ≈2 cal cm-2 menit-1. Bagaimana keterkaitan fenomena aktivitas matahari ini terhadap karakteristik curah hujan (terutama pada kondisi ekstrimnya) di Jakarta dibahas dalam makalah ini. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui keterkaitan fenomena aktivitas matahari sebagai kontrol iklim terhadap curah hujan ekstrim di Jakarta selama Januari 1901 sampai Desember 2005. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa dalam rentang pengamatan tersebut terdapat 10 kali siklus bintik matahari dengan perioda sekitar 11 tahun dan nilai maksimum bintik matahari bulanan 253,8 yang terjadi pada bulan Oktober 1957. Dalam rentang waktu yang sama terjadi 124 kali curah hujan ekstrim di Jakarta berdasar kriteria persentil, dengan nilai maksimum curah hujan bulanan 825 mm, terjadi pada Januari 1963. Secara umum diperoleh gambaran bahwa kejadian bintik matahari maksimum di suatu saat tidak serta-merta diikuti dengan kejadian curah hujan ekstrim di Jakarta. Terdapat waktu tunda 20 - 84 bulan antara kejadian nilai maksimum bintik matahari dengan kejadian curah hujan ekstrim di Jakarta untuk kasus 3 siklus bintik matahari yang terjadi antara Februari 1944 - Juli 1976.