M.Adib Farhan and Sukri Rahman and Aswiyanti Asri (2022) Gambaran hasil biopsi aspirasi jarum halus massa di leher pada pasien RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2019-2020. Jurnal Otorinolaringologi Kepala dan Leher Indonesia, 1 (1): 3. pp. 10-18. ISSN 2961-7480
Jurnal Otorinolaringologi Kepala dan leher Indonesia_Adib_Universitas Andalas_2022_010111-18_3.pdf - Published Version
Download (293kB) | Preview
Jurnal Otorinolaringologi Kepala dan leher Indonesia_Adib_Universitas Andalas_2022_010111-18_3.pdf
Download (293kB) | Preview
Abstract
Massa di leher merupakan salah satu permasalahan kesehatan di seluruh dunia. Massa di leher dapat dijumpai di semua kelompok umur mulai dari anak-anak hingga dewasa yang dapat berasal dari kelenjar getah bening, kelenjar tiroid, kelenjar saliva dan lain-lain. Salah satu metode diagnostik yang sangat bermanfaat untuk mengevaluasi dan menegakkan diagnosis massa di leher adalah pemeriksaan biopsy aspirasi jarum halus (BAJAH). Pemeriksaan BAJAH sederhana, akurat, cepat, dan ekonomis.Metode:Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode total sampling dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi hasil BAJAH massa di leher pada pasien RSUP Dr. M. Djamil Padang periode 2019 –2020. Hasil:Dari hasil penelitian ini jumlah sampel adalah 229 sampel. Hasil penelitian ini didapatkan massa di leher paling banyak terjadi pada usia >40 tahun yaitu 110 kasus (48%) dan lebih banyak terjadi pada laki-laki yaitu 131 kasus (57,2%). Massa di leher paling banyak berasal dari kelenjar getah bening yaitu sebanyak 170 kasus (74,2%), kemudian tiroid sebanyak 36 kasus (15,7%), kelenjar liur 14 kasus (6,3%), dan lain-lain 9 kasus (4,1%). Massa di leher paling banyak ditemukan pada lokasi anterior leher yaitu sebanyak 218 kasus (95,2%) dan berupa massa soliter 161 kasus (70,3%). Etiologi massa di leher yang paling banyak ditemukan merupakan infeksi/inflamasi 119 kasus (49,8%), neoplasma ganas 77 kasus (33,6%),dan neoplasma jinak yaitu 33 kasus (16,6%). Jenis sitopatologi massa di leher yang paling banyak ditemukan yaitu limfadenitis granulomatosa yaitu sebanyak 47 kasus (20,5%). Kesimpulan:Sehingga pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa massa di leher paling banyak terjadi berasal dari kelenjar getah bening dengan jenis sitopatologi terbanyak adalah limfadenitis granulomatosa.
Item Type: | Article |
---|---|
Subjects: | Medicine & Biology > Pathology |
Depositing User: | - Lukman Budiman |
Date Deposited: | 28 Nov 2022 03:34 |
Last Modified: | 28 Nov 2022 03:34 |
URI: | https://karya.brin.go.id/id/eprint/13374 |