Analisis penyebab kejadian dan evaluasi bencana tanah longsor di Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur tanggal 1 April 2017

Naryanto, Heru Sri and Soewandita, Hasmana and Ganesha, Deliyanti and Prawiradisastra, Firman (2019) Analisis penyebab kejadian dan evaluasi bencana tanah longsor di Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur tanggal 1 April 2017. Jurnal Ilmu Lingkungan, vol. 17, no. 2, pp. 272-282, Sep. 2019., 17 (2). pp. 272-282.

[thumbnail of Heru Sri Naryanto_04_Art_JIL.pdf] Text
Heru Sri Naryanto_04_Art_JIL.pdf
Restricted to Registered users only

Download (1MB)

Abstract

Bencana tanah longsor di Indonesia semakin sering terjadi dari tahun ke tahun.Bencana tanah longsor telah terjadi di Dusun Tangkil, Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur pada tanggal 1 April 2017. Lokasi tanah longsor di Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, terletak pada zona kerentanan tinggi. Tipologi tanah longsor berupa longsoran bahan rombakan,yang kemudian ke arah bawah (Sungai Tangkil) berkembang menjadi tipe aliran bahan rombakan. Faktor-Faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya tanah longsor lokasi penelitian adalah: kelerengan, batuan dan tanah, rekahan/retakan batuan, konversi lahan, drainase dan keairan, curah hujan tinggi, dan aktivitas manusia. Dari kesemuanya faktor-faktor tersebut, yang paling dominan dan berpengaruh terhadap tanah longsor adalah: lereng yang sangat curam, soil hasil pelapukan sangat gembur dan tebal, alih fungsi lahan dan curah hujan yang tinggi. Material longsoran tidak terkonsolidasi dengan baik sehingga masih mudah bergerak, dan kemungkinan pembendungan pada Sungai Tangkil oleh material longsoran tersebut bisa berpotensi terjadinya banjir bandang. Beberapa permukiman yang berada di sekitar lokasi longsor mempunyai risiko tinggi dan sedang terhadap longsor, sehingga perlu dibangun kesiapsiagaan masyarakat, pembangunan sistem peringatan dini longsor serta untuk jangka panjang adalah relokasi jika memang kondisi semakin parah.Pertanian lahan kering pada lereng-lereng sebaiknya menggunakan pola agroforestry. Kawasan sub DAS berisiko longsor, sebaiknya dikembalikan fungsi lahan sebagai hutan konservasi atau hutan lindung seperti sebelumnya.

Item Type: Article
Uncontrolled Keywords: longsor, Ponorogo, curam, soil tebal, degradasi lahan, curah hujan tinggi, risiko
Subjects: Taksonomi LAPAN > Sains Antariksa dan Atmosfer > Peringatan Dini, Mitigasi, dan Penanganan Bencana
Depositing User: - Lisda -
Date Deposited: 04 Oct 2022 04:05
Last Modified: 04 Oct 2022 04:05
URI: https://karya.brin.go.id/id/eprint/12068

Actions (login required)

View Item
View Item