Laporan Teknis 2017: DOKUMEN TEKNIS PENGEMBANGAN TEKNIK PERUNUT ISOTOP STABIL UNTUK MENGETAHUI STATUS GIZI ANAK

Anemia gizi masih merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia yang sampai saat ini masih sulit untuk ditanggulangi. Sejak tahun 1990 pemerintah telah melaksanakan program pemberian suplementasi Fe yang kandungannya ferrous sulfat (60 mg Fe dan 0,25 mg asam folat) untuk ibu hamil maupun remaja puteri. Namun demikian upaya yang telah dilakukan pemerintah tersebut sampai saat ini belum memberikan hasil yang cukup signifikan dalam menurunkan prevalensi anemia. Hal tersebut dapat dilihat dari masih tingginya prevalensi anemia terutama pada kelompok yang rentan untuk menderita anemia. Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2012 menemukan hasil yang lebih tinggi dimana prevalensi anemia remaja putri usia 10-18 tahun sebesar 57,1% dan usia 19-45 tahun sebesar 39,5% (1, 2). Menurut data Riskesdas 2013, prevalensi anemia pada perempuan kelompok umur 5-12 tahun sebesar 29,4%, kelompok umur 13-18 tahun sebesar 17,15%, WUS 15-49 tahun 22,7% dan ibu hamil 37,1 % (3). Defisiensi zat besi (anemia) yang terjadi pada anak berhubungan erat dengan status gizi anak tersebut. Prevalensi anemia remaja wanita di Indonesia masih cukup tinggi sebesar 20-40% (6).