Manipulasi embrio ternak (cloning, sexing dan splitting)

B.Tappa and E.T.Margawati and S. Said and B.W.P. Sasongko and T.Hastutie and F.Afiati and Handrie and R. Aminudin and M.Soewecha and Yanwar and Parjan (1997) Manipulasi embrio ternak (cloning, sexing dan splitting). Technical Report. Puslitbang Bioteknologi LIPI, Cibinong, Bogor.

[thumbnail of Laporan Teknik_Bioteknologi LIPI_B Tappa_1-20_1996-1997.pdf]
Preview
Text
Laporan Teknik_Bioteknologi LIPI_B Tappa_1-20_1996-1997.pdf

Download (355kB) | Preview

Abstract

Produksi embrio dilakukan secara in vivo dan in vitro. Embrio dikoleksi dari donor sapi perah dan sapi potong yang telah disuperovulasi dengan hormon FSH + pelarut 50% PVP dengan sekali penyuntikan secara sub kutan. Rata-rata jumlah CL, embrio terkoleksi, embrio dapat ditransfer dan embrio dapat dibekukan dengan sekali penyuntikan tidak berbeda dengan perlakuan delapan kali penyuntikan.Jumlah embrio yang difreezing dan ditransfer masing-masing 92 dan 13 embrio sapi potong dan 14 dan 5 embrio sapi perah. Lama penyimpanan 8 dan 12 jam ovari domba dengan penambahan hormon FSH dan Estradiol-17ß masing-masing 1µg/ml dalam media penyimpanan masih memberikan tingkat maturasi dan fertilisasi in vitro sekitar 39% dan 7%. Oosit kambing dengan lama maturasi antara antara 12 dan 26 jam memberikan proporsi oosit yang masak tidak berbeda (50%). Sedangkan oosit domba relatif masih dapat dimatangkan di dalam inkubator tanpa CO2(subscript) dengan proporsi masak oosit sebanyak ±30%. Proporsi tahap perkembangan moru1a dan blastocyst tidak berbeda antara morula atau blastocyst yang dihasilkan dari oosit masak tanpa atau dengan CO2. Dari 128 embrio paruh yang dikultur selama 72 jam berkembang sampai tahap expanded blastocyst sebesar 78,1%. Daya tahan hidup embrio tahap compact morula dan blastocyst setelah dibekukan pada media l,8M Ethylene glycol lebih tinggi dibanding dengan media 1,8M Ethylene glycol + 0,25 Sucrose dan l,4M Glycerol+ 0,2SM Sucrose. Setelah thawing dan kultur selama 72 jam embrio tahap compact morula berkembang sampai tahap hatched blastocyst sebesar 73,5%. Diperoleh angka fusi yang tertinggi 88.6% dari embrio tahap 2 dan 16-sel yang difusi pada pulse strength 1,5-2,0 kv/cm dan pulse duration 60-90 µsec. Sedangkan embrio tahap 16 sel memperlihatkan angka fusi yang terendah 34.3% pada 2,0 kv/cm dengan 90 µsec. Sel blastomer yang telah terjadi fusi setelah dikultur sampai tahap blastosis memperlihatkan bahwa embrio tahap 2-16 sel berbeda pada kondisi pulse strength 1,0-2,0 kv/cm dengan pulse duration 30-90 usec.

Item Type: Monograph (Technical Report)
Uncontrolled Keywords: Livestock, Embryos, Manipulation, Cloning, Sexing, Splitting), In vivo, In vitro
Subjects: Agriculture & Food > Animal Husbandry & Veterinary Medicine
Depositing User: - siti Elly
Date Deposited: 30 Aug 2023 07:44
Last Modified: 30 Aug 2023 07:44
URI: https://karya.brin.go.id/id/eprint/18515

Actions (login required)

View Item
View Item