Karakteristik kimia air hujan di P. Jawa

Analysis karakteristik kimia air hujan didasarkan pengambilan sampel mingguan oleh Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) di daerah perkotaan Jakarta, Bandung, Surabaya, Cisarua-Bogor sebagai daerah pedesaan di pulau Jawa, selama 1983-2004. Pengkajian pH air hujan rata-rata bulanan tertimbang untuk melihat kecenderungan dan terjadinya hujan asam di P. Jawa. Dilakukan pula analisis anion dan kation dari ion-ion terbesar dalam air hujan untuk memahami sumber-sumber yang berperanan dalam kimia air hujan. Pola rnusiman dari rata-rata bulanan tertimbang anion dan kation selama 1995-2004 untuk menjelaskan hubungan musim dengan karakteritik kimia air hujan. Hasil analisis pH air hujan terlihat kecenderungan penurunan angka pH <5,6 yang berarti keasaman naik dan terjadi hujan asam. Kejadian hujan asam di Jakarta dari tahun 1983-1999 dengan pH < 5,6 sebanyak 60% dan tahun 2001-2004 sebanyak 65%. Untuk Cisarua-Bogor tahun 1989-2004 sebanyak 72%, Bandung tahun 1989-2004 sebanyak 74%, dan Surabaya tahun 1993-2003 sebanyak 78%. Jakarta mengalami hujan asam sejak 1984, dan Cisarua sejak 1989. Bandung terlihat terkena hujan asam mulai tahun 1994, sedangkan Surabaya sejak tahun 1993. Faktor netralisir (NF) Ca2+> NI14+> Mg2+ sangat berperanan dalam mengontrol keasaman air hujan. Profit konsentrasi anion maupun kation tinggi di musim kemarau JJA di Jakarta, Cisarua, Bandung, kecuali Surabaya yang tinggi di musim SON karena pengaruh debu-debu tanah. Komponen laut seperti Mg2+, dan Na+ adalah tinggi di musim JJA dibandingkan musim lainnya. Konsentrasi ion-ion tinggi di Jakarta dibandingkan tiga tempat lainnya, menandakan tingkat polusi tinggi di Jakarta.