MAKNA AIR BAGI MASYARAKAT BALI
Abstract
Water is a very important need which make all kinds of creatures can grow well. This research aims to know the meaning of water for Balinese people. The data was analysed and interpreted by using the theory of symbol. The data were collected through library research and observation method. The data was analized by comparing it with symbols which related to water. The result of this research are Visnu statuette and cupu Amerta which are compared with kala, makara and water molecule with exagonal shape. It could be concluded that water has the meaning of fertility, healing, holiness, immortality, cycle, prosperity, and conservation.
Air merupakan kebutuhan yang sangat penting, menjadikan segala jenis mahluk dapat tumbuh dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna air bagi masyarakat Bali, yang akan dianalisis dan ditafsirkan menggunakan teori simbol. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka, observasi dan komparatif terhadap simbol-simbol yang berkaitan dengan air. Hasil dalam penelitian ini berupa, arca Dewa Wisnu, cupu amerta dikomparasi dengan kala, makara, eksagonal air. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa air bermakna kesuburan, penyembuhan, penyucian, keabadian, siklus, kesejahteraan dan pelestarian.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Ardika, I Wayan, 2003. Laut dan Orientasi dalam Kebudyaan Bali : Dalam I Gde Semadi Astra (Ed). Guratan Budaya dalam Perspektif Multikultural: 90 - 99. Denpasar: Fakultas Satra dan Budaya , Universitas Udayana.
Bagus, A.A. Gde. 2008. Pelestarian Daerah Aliran Sungai Pakerisan Perspektif Lingkungan. dalam Forum Arkeologi. (3): 63 - 91.
Geria, I Made. 2012. Penguatan Jatidiri dalam Perspektif Aktualisasi Arkeologi. Dalam Made Sutaba (Ed). Merajut Kearifan Lokal Membangun Karakter Bangsa:1 -20. Denpasar: Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan Balai Arkeologi Denpasar.
Jendra, I Wayan. 2008. Tuhan Sudah Mati? Untuk Apa Sembahyang (Sebuah Studi Religiofilosofis Brahmawidya). Surabaya: Paramita.
Panitia Penyusun. 1997. Adi Parwwa. Denpasar: Dinas Pendidikan Dasar, Propinsi Daerah Tingkat I Bali.
Paramadhyaksa, I Nyoman Widya. 2011. Makna- Makna Figur Naga dalam Budaya Tradisional Bali. Forum Arkeologi. (3): 263 - 279.
Sedyawati, Edi. 2009. Semiotika dalam Arkeologi: Candi Jago dalam Tinjauan Semiotik. Dalam Edi Sedyawati (Ed). Saiwa dan Bauddha di Masa Jawa Kuno. Denpasar: Widya Darma.
Susanto, Nugroho. 1999. Simbolisme dalam Arkeologi. Dalam Dewan Redaksi. Kumpulan Makalah Pertemuan Ilmiah Arkeologi. (8): 496 - 498. Yogyakarta: IAAI Indonesia.
Utami, Luh Suwita dan I Putu Yuda Haribuana. 2013. Penelitian Peradaban dalam Pengelolaan Sumber Air (Hidro-Arkeologi) di Kawasan Penebel Tabanan Bali. Laporan Penelitian, Balai Arkeologi Denpasar.
Tim Bali Post. 2004. Ajeg Bali, Sebuah Cita-Cita. Denpasar: Bali Post.
Tim Penyusun. 2007. Kamus Bahasa Bali, Bali- Indonesia. Surabaya: Paramita.
Tim Penyusun. 2013. Sejarah Bali. Denpasar: Udayana University Press.
Titib, I Made. 2009. Teologi dan Simbol-Simbol dalam Agama Hindu. Surabaya: Paramita.
Triguna, Ida Bagus Gde Yudha. 2000. Teori Tentang Simbol. Denpasar: Widya Dharma, Universitas Hindu Indonesia.
Wiana, I Ketut. 2005. Ajeg Bali Adalah Tegaknya Kebudayaan Hindu di Bali. Dalam Made Titib (Ed). Dialog Ajeg Bali: 141 - 184 . Surabaya: Paramita.
Windia, Wayan. 2006. Transformasi Sistem Irigasi Subak, yang Berlandaskan Konsep Tri Hita Karana. Denpasar: Pustaka Bali Post.
Zoetmulder, P.J. 1994. Sekar Sumawur. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Refbacks
- There are currently no refbacks.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.