SUMBER DAYA ARKEOLOGI KAWASAN KINTAMANI SEBAGAI MODAL PEMBANGUNAN PARIWISATA DAN KOTA PUSAKA DI KABUPATEN BANGLI
Abstract
Archaeological resources found scattered in the area of Kintamani are tangible cultural heritage which was passed down from generation to generation. These resources are largely derived from prehistoric time especially megalithic tradition and associated with respect to the ancestors. These resources can be a regional asset that can be managed effectively as the capital of tourism development and heritage city. It aims to bring their present value but still pay attention to preservation aspects. The data were collected through observation, completed with interview and literature study. Then, it was analysed descriptive-qualitatively. Kintamani has large potential of archaeological resources which most of them are stored in temples. Management strategies that can be applied namely empowering local communities by involving them directly as the subject of planning, involving various stakeholders, and support from the legal source. The management system must be sustainable in both socio-cultural and economic.
Sumber daya arkeologi yang ditemukan tersebar di kawasan Kintamani merupakan warisan budaya tangible yang diwariskan secara turun temurun. Sumber daya ini sebagian besar berasal dari masa prasejarah khususnya megalitik yang berkaitan dengan penghormatan kepada leluhur. Tinggalan budaya ini merupakan aset daerah yang dapat dikelola secara efektif sebagai modal pembangunan pariwisata dan kota pusaka yang bertujuan untuk memunculkan nilai kekiniannya dengan tetap memperhatikan aspek-aspek pelestarian. Aset tersebut digali dengan observasi langsung yang dilengkapi dengan wawancara, serta ditunjang dengan studi pustaka, kemudian dianalisis secara deskriptif-kualitatif. Kawasan Kintamani mempunyai potensi sumber daya arkeologi yang cukup banyak dan sebagian besar disimpan di lingkungan pura. Strategi pengelolaan yang dapat diterapkan yaitu harus memberdayakan potensi masyarakat lokal, dengan melibatkannya secara langsung sebagai subyek dari perencanaan, pemangku kepentingan, dan dukungan sumber hukum. Sistem pengelolaan tersebut harus berkesinambungan, baik secara sosial budaya maupun ekonomi.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Adhisakti, Laretna T. 2003. Teknik Konservasi Kawasan Pusaka. Bahan Ajar Jurusan Arsitektur, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
__________________. 2008. Kepekaan, Selera dan Kreasi dalam Kelola Kota Pusaka. Makalah disampaikan dalam Acara Temu Pusaka 2008 Pelestarian Pusaka versus Pengembangan Ekonomi, Bukittinggi, Sumatra Barat, 23 Agustus.
Astiti Ayu. 2012. Strategi Pengentasan Kemiskinan Dengan Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumberdaya Budaya di Kawasan Danau Batur, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali. Laporan Penelitian Arkeologi, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan Kementerian Riset dan Teknologi, Jakarta.
Cleere, Henry. 1989. Introduction: The Rationale of Archaeological Heritage Management. Dalam Archaeological Heritage Management in the Modern World, disunting oleh Henry F.Cleere, 1-19. London: Unwin Hyman.
Dinas Pariwisata Provinsi Bali. 2009. Himpunan Peraturan Kepariwisataan. Denpasar: Dinas Pariwisata Provinsi Bali.
Direktorat Jenderal Penataan Ruang. 2012. Grand Design Program Penataan dan Pelestarian Kota Pusaka (P3KP). Jakarta: Kementerian Pekerjaan Umum.
Geriya, I Wayan. 1995. Pariwisata dan Dinamika Kebudayaan Lokal, Nasional, Global: Bunga Rampai Antropologi Pariwisata. Bali: Upada Sastra.
Goris.R. 1974. Sekte-Sekte di Bali. Diterjemahkan oleh Ny. P. S. Kusumo Sutijo. Jakarta: Bharata.
Juliarso, Pudjo, Koeswhoro. 2001. Revitalisasi Pusaka (Warisan) Budaya Kawasan Bersejarah dalam Desa Arsitektur. Semarang: Universitas Katolik Soegijapranata.
Linton, R.1984. The Study of Man (Antropologi Suatu Penyelidikan Manusia). Diterjemahkan oleh Firmansyah. Bandung: Jemmars Lovell.
Lipe, W, 1984. Value and Meaning in Cultural Resources: in Approaches to The Archaeological Heritage. New York: Cambridge University Press.
Mundardjito. 1996. Strategi Pengembangan dan Pemanfaatan Kawasan Candi Borobudur: Pendekatan Integratif dan Partisipatif. Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional Strategi Pengembangan Kebudayaan dan Kepariwisataan Nasional Ke Depan, Jakarta.
Rossi, Aldo. 1982. Architecture of the City. London: The MIT Press.
Schiffer, Michael B. dan George J. Gummerman. 1972. Conservation Archaeology: A Guide for Cultural Resources Management Studies. New York: Academic Press.
Scovil, Gordon dan Anderson. 1977. Guidelines for The Preparation of Statements of Environmental Impact on Archeological Resources. New York: Academic Press.
Spillane, J J. 1994. Pariwisata Indonesia: Siasat Ekonomi dan Rekayasa Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius.
Suarbhawa, I Gusti Made. 1997. Survei Permukiman Kuna di Sekitar Danau Batur Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Laporan Penelitian Arkeologi, Balai Arkeologi Denpasar, Denpasar.
________________________. 1999. Permukiman Kuna di Sekitar Danau Batur, Bali. Forum Arkeologi, no. 1 (Agustus): 72-67.
Tjatera, I Wayan. 2008. Pariwisata Dalam Pembangunan Bali. Makalah Kuliah Matrikulasi Program Pascasarjana Pariwisata, Universitas Udayana.
http://www.banglikab.go.id/?content=wisata&mo de=ebc85c06d9d385475050b6552bba49a0. diakses 19 juni 2015.
UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
UU Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya.
DOI: http://dx.doi.org/10.24832/fa.v28i1.80
Refbacks
- There are currently no refbacks.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.