Estimasi sumber panas berbasis reanalisis MERRA di Indonesia

Sinta, Berliana Sipayung and Indah, Susanti (2014) Estimasi sumber panas berbasis reanalisis MERRA di Indonesia. In: Variabilitas cuaca dan iklim di Indonesia. CV. Andira, Bandung, pp. 16-28. ISBN 978-979-1458-81-8

[thumbnail of Bunga rampai_Sinta Berliana S._Hal.16-28_2014.pdf]
Preview
Text
Bunga rampai_Sinta Berliana S._Hal.16-28_2014.pdf

Download (1MB) | Preview

Abstract

Pemanasan atmosfer yang beragam menurut ruang dan waktu diduga memiliki peran yang cukup signifikan terhadap sirkulasi atmosfer, khususnya yang terjadi di kawasan ekuator Indonesia. Atas dasar itulah, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui hujan konvektif berdasarkan distribusi profil sumber panas yang ada di Benua Maritim Indonesia (BMI) dan sekitarnya berbasis hasil analisis data satelit dan reanalisis MERRA (Modern Era Retrospective Analysis for Research and Applications) selama 10 tahun pengamatan (2003-2012) untuk 11 level ketinggian. Dengan menggunakan reverse method dari parameter suhu dan angin dalam 3 dimensi, masing-masing zonal (Barat-Timur), meridional (Utara-Selatan) dan vertikal (Atas-Bawah), maka diperoleh sumber panas di BMI relatif kuat di permukaan dan merambat naik secara perlahan hingga lapisan 850 mb (sekitar 1,45 km di atas permukaan laut, dpl), khususnya untuk kawasan yang letaknya di atas Belahan Bumi Selatan (BBS) yang didominasi hujan kuat selama bulan basah (DJF). Pada waktu yang sama, terjadi pula sumber panas minimum, tetapi di Belahan Bumi Utara (BBU). Hasil analisis secara vertikal di atas kota Pontianak menunjukkan bahwa pada saat terjadinya La-Nina 2010, Pontianak umumnya didominasi oleh kumpulan awan-awan konvektif. Hal ini dibuktikan dengan diperolehnya dua puncak sebaran panas, masing-masing di lapisan 850 dan 600 mb atau setara dengan ketinggian sekitar 1,45 dan 5 km dpl. Kumpulan awan-awan konvektif ini justru sudah terbentuk di lapisan bawah (sekitar 1,45 km dpl). Jika hanya pada satu lapis atmosfer, mungkin curah hujan yang dihasilkan tidak seberapa. Namun, terdapat dua lapisan utama yang dicapai awan-awan konvektif sebagaimana dijelaskan di atas. Ini mengindikasikan bahwa peranan awan-awan konvektif cukup besar dalam memberi sumbangsih terjadinya hujan di Pontianak. Jika Pontianak dapat dianggap mewakili BMI, maka pada saat La-Nina 2010, BMI didominasi oleh kumpulan awan-awan konvektif, walaupun ada juga kumpulan awan stratiform, tetapi relatif kecil.

Item Type: Book Section
Additional Information: Cetakan 1
Uncontrolled Keywords: Estimasi panas, Presipitasi dan MERRA
Subjects: Taksonomi LAPAN > Sains Antariksa dan Atmosfer > Penelitian, Pengembangan, dan Perekayasaan > Sains Teknologi Atmosfer > Teknologi Pengamatan Atmosfer
Divisions: LAPAN > Deputi Sains Antariksa Dan Atmosfer > Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer
Depositing User: - Dina -
Date Deposited: 09 Dec 2022 08:22
Last Modified: 09 Dec 2022 08:22
URI: https://karya.brin.go.id/id/eprint/13666

Actions (login required)

View Item
View Item