Penerapan model sistem DAS (watershed modeling system - WMS) untuk prediksi limpasan permukaan dan debit puncak serta sebagai alat bantu identifikasi banjir dan konservasi tanah dan air (Kasus : DAS Ciliwung Hulu dan Cisadane Hulu)

Watershed Modelling System (WMS) merupakan model hidrologi yang mengintegrasikan data spasial, model ini mampu mendeskripsikan kondisi kehidrologian secara spatial. Derah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung dan Cisadane merupakan DAS yang memegang peranan penting dalam kajian bencana hidrologi yang sering melanda wilayah Jabodetabek. Dengan menggunakan aplikasi WMS, dapat diketahui nilai debit puncak yang menyebabkan banjir di wilayah Jabodetabek. Berdasarkan data hujan pada tahun 2013 saat terjadi banjir besar di Jabodetabek, diketahui bahwa hasil simulasi WMS nilai debit puncak (Qp) untuk DAS Ciliwung Hulu adalah sebesar 54,26 m3 /s, sementara nilai debit puncak untuk DAS Cisadane Hulu adalah sebesar 794,74 m3 /s. Hasil validasi dengan nilai debit puncak secara aktual di DAS Ciliwung Hulu menunjukkan persentase keakuratan sebesar 55,9 %, sementara persentase keakuratan hasil simulasi dengan kondisi aktual debit puncak di DAS Cisadane Hulu mencapai 98,4 %. Selain debit puncak, diketahui juga beberapa Sub-DAS di Ciliwung Hulu dan Cisadane Hulu memiliki potensi aliran permukaan yang sangat tinggi. Karena model ini mampu menggambarkan secara spatial kondisi hidrologi dan terkait dengan hasil simulasi besarnya aliran permukaan di DAS Ciliwung Hulu dan Cisadane Hulu, maka model WMS bisa dijadikan bahan masukan untuk upaya konservasi tanah dan air di suatu DAS.