Perbedaan Suhu Darat-laut antara Musim Hujan dan Kemarau di Pulau Jawa Berbasis Conformal Cubic Atmospheric Model

Haries Satyawardhana and Trismidianto and E.Yulihastin (2017) Perbedaan Suhu Darat-laut antara Musim Hujan dan Kemarau di Pulau Jawa Berbasis Conformal Cubic Atmospheric Model. In: Dinamika dan Teknologi Atmosfer Benua Maritim Indonesia. CV.Media Akselerasi, Bandung, pp. 11-21. ISBN 978-602-6465-16-0

[thumbnail of Bunga Rampai-Haries Satyawardhana dkk-PSTA-2017.pdf]
Preview
Text
Bunga Rampai-Haries Satyawardhana dkk-PSTA-2017.pdf

Download (2MB) | Preview

Abstract

Penelitian mengenai siklus diurnal sangat penting dilakukan, baik menggunakan data observasi, satelit maupun keluaran model atmosfer. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan data 3 jam-an, balk parameter curah hujan, angin maupun suhu permukaan. Lokus dari penelitian ini adalah Pulau Jawa, di mana Pulau Jawa mempunyai 2 musim, yaitu musim hujan dan kemarau akibat pengaruh monsoon. Karakteristik siklus diurnal pada kedua musim ini mempunyai pengaruh yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan siklus diurnal pada musim kemarau (Juni-Juli-Agustus/JJA) dan hujan (Desember-Januari-Februari/DJF). Analisis spasio-temporal siklus diurnal seperti curah hujan, angin clan suhu permukaan menggunakan data downscaling Conformal Cubic Atmospheric Model (CCAM), dengan periode pengamatan dari tahun 1990 sampai dengan 2010 (20 tahun). Hasil utama dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan suhu antara daratan dan lautan yang lebih tinggi pada saat musim kemarau dibandingkan pada musim hujan. Suhu permukaan daratan untuk musim kemarau pada siang hari (pukul 13:00 LT) lebih dari 31°C sedangkan lautan 26-28°C. Namun, di musim hujan (DJF) pada siang hari (13:00) suhu permukaan daratan hanya berkisar 28-30°C (lebih dingin daripada musim kemarau) dan di lautan relatif konstan (28-29°C). Hal ini disebabkan oleh penutupan awan yang lebih rendah dibandingkan DJF, sehingga menyebabkan angin diurnal lebih kencang. Meskipun begitu, curah hujan diurnal pada periode JJA jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan periode DJF. Curah hujan diurnal DJF tertinggi terdapat pada pukul 16:00 dengan kisaran lebih dari 4 mm di daratan, sedangkan pada JJA curah hujan diurnal tertinggi hanya berkisar 1-2 mm.

Item Type: Book Section
Uncontrolled Keywords: Siklus diurnal; angin darat-laut; CCAM
Subjects: Taksonomi LAPAN > Sains Antariksa dan Atmosfer > Penelitian, Pengembangan, dan Perekayasaan > Sains Teknologi Atmosfer > Perubahan Iklim
Divisions: LAPAN > Deputi Sains Antariksa Dan Atmosfer > Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer
Depositing User: Administrator Repository
Date Deposited: 23 Jun 2021 13:50
Last Modified: 18 Jul 2022 07:44
URI: https://karya.brin.go.id/id/eprint/11438

Actions (login required)

View Item
View Item