https://buero-paris.com/ https://sunmpo.com/ MELACAK JEJAK MANUSIA PURBA (HOMO ERECTUS) DI FLORES | Jatmiko | Forum Arkeologi

MELACAK JEJAK MANUSIA PURBA (HOMO ERECTUS) DI FLORES

nfn Jatmiko

Abstract


Study about “Homo erectus, It’s Culture and Environments” are a never ending topic and will always remain as a challenge for the archaeologists. The presence of Homo erectus and it’s cultures are importance assets for understanding the history of human settlements in Indonesia; since when; how the physical and cultural developed; until how far the distribution take place. “State of The Art” of this research showing that the remaining fossil of Homo erectus was concentrated in Java. While generally, only faunal and cultural remains were found outside Java.Indonesia (especially Java), is one of the country which have the most complete for Homo erectus remains in the world, and mostly (65%) are found in Sangiran site, Central Java. But how about outside Java? Is it true that Homo erectus was lived in Flores? This are the problems that researchers in Puslitbang Arkenas are trying to resolve or the past fi ve decades. Based on the evidence of the archaeological remains (artefacts and confects) that have been founded in Soa Basin (Middle Flores), predicted that prehistoric life in this area already begins long time ago, between Lower Pleistocene – beginning of Middle Pleistocene. From several stone tools associates with a stegodon fossil, Verhoeven suggested that artefacts made by Homo erectus around 750.000 years ago. The result of this present study confi rmed the Verhoeven hypothesis. Soa Basin is a archaeological site complex with abundant of artefacts and faunal fossils. Even the Homo erectus fossils not found yet, the assemblages of artefacts and faunal fossils (such as Stegodon, crocodile, komodo, land turtle, and a kind of giant rodent) were found in several sites around Soa Basin. These artefacts and faunal remains are already supported by absolute dating to sure the age of these assemblages. The existence of stone tools also support the evidences that Soa Basin area were occupied by Homo erectus around Pleistocene period.

 

Kajian tentang tema’Manusia Purba, Budaya dan Lingkungannya” merupakan topik yang tidak pernah usang dan selalu menjadi tantangan bagi para peneliti. Hadirnya manusia purba dan budayanya merupakan aset penting bagi pemahaman sejarah hunian di Nusantara; sejak kapan kehadirannya, bagaimana perkembangan fi sik dan budayanya, serta sampai sejauhmana persebarannya. Dari hasilhasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa tinggalan fosil manusia purba lebih terkonsentrasi di Jawa, sedangkan di luar Jawa umumnya hanya ditemukan sisa-sisa fauna dan budayanya Kawasan Nusantara (terutama di Jawa) merupakan salah satu negara yang memiliki tinggalan manusia purba paling lengkap di dunia. Dari berbagai temuan fosil-fosil manusia purba di seluruh dunia, hampir 65 % nya ditemukan di Indonesia (terutama dari Situs Sangiran). Lalu bagaimana dengan di luar Jawa, apakah benar manusia purba (Homo erectus) pernah hidup di Flores ? Permasalahan inilah yang akan coba dipecahkan melalui hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Puslitbang Arkenas dalam dekade 5 (lima) tahun terakhir ini. Berdasarkan bukti-bukti temuan arkeologis (artefak dan ekofak) yang didapatkan dalam penelitian di Cekungan Soa (Flores Tengah), memprediksikan bahwa kehidupan purba di wilayah ini sudah berlangsung sejak lama, yaitu pada kurun waktu antara Pleistosen Bawah – awal Pleistosen Tengah. Dari beberapa temuan artefak batu yang berasosiasi dengan fosil Stegodon, Verhoeven menduga bahwa pembuat artefak ini adalah manusia purba Homo erectus yang berasal dari kurun waktu sekitar 750.000 tahun lalu. Hasil-hasil penelitian sejauh ini semakin mengkonfi rmasikan hipotesis Verhoeven tersebut. Wilayah Cekungan Soa merupakan kompleks situs purba yang kaya akan artefak dan fosil fauna. Walaupun belum menemukan sisa manusianya, namun penemuan himpunan artefak dan fosil-fosil fauna (antara lain Stegodon, buaya, komodo, kura-kura darat, dan sejenis tikus besar) di berbagai situs di Cekungan Soa sudah diperkuat dengan data pertanggalan absolut, sehingga dapat diketahui umurnya secara pasti. Keberadaan alat-alat batu tersebut semakin memperkuat bukti bahwa di wilayah Cekungan Soa pernah menjadi ajang aktivitas manusia purba (Homo erectus) pada kurun waktu yang sangat tua (Kala Pleistosen).


Keywords


Homo-Erectus; Cekungan Soa; Flores; Paleolitik; Pleistosen

Full Text:

PDF

References


Binford, Lewis R. 1983. Working at Archaeology. New York: Academic Press

Brown, P., T. Sutikna, M.J. Morwood, R.P. Soejono, Jatmiko, E.Wahyu Saptomo, and Rokhus Due Awe. 2004. “A new smallbodied hominin from the Late Pleistocene of Flores, Indonesia”. Nature. Vol.431. Halaman 1055-1061.

Brumm, Adam, F. Aziz, GD. Van den Bergh, MJ. Morwood, Mark W. Moore, Iwan Kurniawan, D.R. Hobbs & R. Fullagar. 2006. “Early Stone Technology on Flores and its implications for Homo fl oresiensis”. Nature, 441. Halaman 624 – 628.

Brumm, Adam, Gitte M.Jensen, G.D. van den Bergh, M.J. Morwood, Iwan Kurniawan, Fachroel Aziz & Michael Storey. 2010. “Hominin on Flores, Indonesia by one million Years ago”. Nature Vol.464. Halaman 748 – 753.

Crabtree, Don E. 1972. An Introduction to Flintworking. Idaho: Occasional Papers of the Museum Idaho State University.

Heekeren H.R, van. 1972. “The Stone Age of Indonesia”, Verhandelingen van het koninklijk, instituut voor Tall-, Land-en Volkenkunde 61, The Hague: Martinus Nijhoof.

Jatmiko. 2007. “Adaptasi Manusia Terhadap Lingkungan Pada Kala Plestosen di Cekungan Soa, Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur”. Laporan Penelitian Arkeologi. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional (tidak terbit)

Jatmiko. 2009. “Adaptasi Manusia Terhadap Lingkungan Pada Kala Plestosen di Cekungan Soa, Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur (Tahap-II)”. Laporan Penelitian Arkeologi. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional (tidak terbit)

Morwood, M.J., F. Aziz, G.D. van den Berg, P.Y. Sondaar, and John de Vos. 1997. “Stone artefacts from the 1994 excavation at mata Menge, West Central Flores, Indonesia”. Australian Archaeology, 44. Halaman 26-34.

Morwood, M.J., F. Aziz, P.O’Sullivan, Nasruddin, D.R. Hobbs, & A. Raza. 1999. “Archaeological and Palaeontological research in Central Flores, east of Indonesia: results of fi eldwork 1997- 1998”. Antiquity, 73. Halaman 273-286.

Morwood, M.J, R.P. Soejono, R.G. Roberts, T. Sutikna, C.S.M. Turney, K.E. Westaway, W.J. Rink, J.x. Zhao, G.D. van den Bergh, R.D. Awe, D.R. Hoobs, M.W. Moore, M.I. Bird & L.K. Fifi eld. 2004. “Archaeology and age of a new hominin from Flores in eastern Indonesia”. Nature Vol. 431. Halaman 1087 - 1091.

Mundardjito. 1996. “Metode Penelitian Pemukiman Arkeologi”. Dalam Lembaran Sastra Seri Penerbitan Ilmiah No.11. Edisi Khusus : Monumen. Karya Persembahan untuk Prof.Dr. R. Soekmono.

Semah, Francois, A-M Semah, T. Djubiantono & HT. Simanjuntak, 1992. “Did They Also Made Stone Tools ?”. The Journal of Human Evolution Vol.3.

Semenov, S.A. 1976. Prehistoric Technology. London: Cory and Mckay Ltd.

Simanjuntak, Truman. 2000. “Wacana Budaya Manusia Purba”. Dalam Berkala Arkeologi No.20. Jakarta: Proyek Peningkatan Penelitian Arkeologi. Halaman 1-14.

Simanjuntak, Truman dan Harry Widianto (eds.). 2006. Prasejarah Indonesia. Jilid I Sejarah Nasional Indonesia (in press).

Soejono, R.P. 1987. “Stone tools Type in Lombok”. Man and Culture in Oceania. Special Issue.

Trigger, Bruce G. 1968. “The Determinants of Settlement Patterns”. Dalam Kuang Chih Chang (ed), Settlement Archaeology. California: National Press Books. Halaman 54-78.

Verhoeven, Th. 1968. “Pleistozane Funde auf Flores, Timor and Sumba”. Anthropica Gedenkschrift zum 100 Gebrgstag von P.W. Schmidt: 393-403. St Augustin: Verlag des Anthropos-Instituts. Studis Instituti Anthropos 21.

Widianto, Harry, Truman Simanjuntak & Budianto Toha, 1996. “Laporan Penelitian Sangiran: Penelitian Tentang Manusia Purba, Budaya dan lingkungan”. BPA No.46. Puslit Arkenas. Jakarta.

Widianto, Harry. 2010. Jejak Langkah Setelah Sangiran. Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran. Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala.




DOI: http://dx.doi.org/10.24832/fa.v25i2.483

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.