BELIUNG PERSEGI: SEBARAN DAN FUNGSINYA DI KALIMANTAN (STONE ADZE: ITS DISTRIBUTION AND FUNCTION IN KALIMANTAN)

  • Bambang Sugiyanto, S.S. Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Abstract

Beliung persegi adalah artefak prasejarah yang menandai periode neolitik ketika manusia mulai hidup menetap dan mengembangkan teknologi yang mendukung kelangsungan hidup manusia. Temuan beliung persegi dari Kalimantan menunjukkan keragaman penggunaan dan distribusinya di Kalimantan, yang menjadi fokus penelitian ini. Penelitian ini bersifat deskriptif yang menggunakan metode induktif. Penelitian lapangan dilakukan dengan menganalisis beliung persegi dari Kalimantan. Ternyata, beliung persegi  Kalimantan lebih banyak digunakan sebagai sosiofak  daripada teknofak.

 

A stone adze is a prehistoric artefact that characterized the Neolithic period when human start to live more sedentary and developed technology to support human’s survival. The stone adzes recovered from Kalimantan show a variability of use and distribution in Kalimantan, which was the focus of this research. This is a descriptive research that employed an inductive method. Field research was carried  out by analyzing the stone adzes from Kalimantan. Apparently, the Kalimantan stone adzes were used more as sociofacts instead of technofacts.

Author Biography

Bambang Sugiyanto, S.S., Balai Arkeologi Kalimantan Selatan
 

Scopus: https://www.scopus.com/authid/detail.uri?authorId=57024129700

Scopus ID: 57024129700, h-index 1

Google Scholar: https://scholar.google.co.id/citations?user=tw0oQMgAAAAJ&hl=id

Google Scholar Citations: 22, h-index: 3, i10-index: 0

Field of Research: Prehistoric Archaeology

Researchers at Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

References

Anggraeni, Nies, Hasan M. Ambary, D.D. Bintarti, dan Endang Soekatno. 1992. Laporan Kegiatan Penelitian Arkeologi Selama PELITA III. Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi nasional.

Arifin, Karina dan Bernard Sellato. 1999. “Survei dan penyelidikan Arkeologi di Empat Kecamatan di Pedalaman Kalimantan Timur”, Hlm. 397-436 dalam Kebudayaan dan Pelestarian Alam: Penelitian Interdisipliner di Pedalaman Kalimantan, editor Cristina Eghenter dan Bernard Sellato. Jakarta: WWF Indonesia.

Bellwood, Peter. 2000. Prasejarah Indo-Malaysia. Edisi Revisi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Billa, Marthin. 2005. Alam Lestari dan Kearifan Budaya Dayak Kenyah. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Fage, Luc-Henry dan Jean-Michel Chazine. 2010. Borneo Memory of The Caves. Jakarta: Total E&P Indonesie.

Fajari, Nia Marniati Etie. 2011. “Sumber Batuan Situs Awang Bangkal dan Zona Jelajah Manusia Prasejarah”. Berita Penelitian Arkeologi 5 (1): 1-27.

Google.2006. “Peta Kalimantan”. Diunduh 2 Oktober 2018 (https://www.google.com/ search?q=google+2006/kalimantan.php)

Nitihaminoto, Gunadi. 1977. “Survei di Daerah Kalimantan Barat”. Berita Penelitian Arkeologi 6: 20-21.

Oktivia, Ulce. 2011. “Potensi dan Karakteristik Situs Arkeologi di Kawasan Pegunungan Muller”. Berita Penelitian Arkeologi 5 (1): 49-68.

Simanjuntak, Truman, Dwi Yani Yuniawati, Naniek Hartatiningsih, Endang Sri Hardiati, Sonny Wibisono, dan Fadhila Arifin (editor). 2008. Metode Penelitian Arkeologi. Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.

Soejono, R.P. dan R.Z. Leirissa, 2010. Sejarah
Nasional Indonesia Jilid 1. Edisi Pemutakhiran. Jakarta: PN. Balai Pustaka.

Sugiyanto, Bambang. 2008. “Gua-gua Prasejarah di Haruai dan Muara Uya”. Berita Penelitian Arkeologi 2 (1): 1-20.

--------. 2009. “Hunian Gua Prasejarah di Kecamatan Mantewe, Kalimantan Selatan”. Berita Penelitian Arkeologi 3 (1): 1-23.

-------. 2015. “Potensi Arkeologi Prasejarah Kabupaten Tanah Bumbu dan Ancaman Yang Dihadapinya”. Naditira Widya 11 (1): 1-14.

Widianto, Harry dan Retno Handini. 2003. “Karakter Budaya Prasejarah di Kawasan Gunung Batubuli, Kalimantan Selatan: Mekanisme Hunian Gua Pasca-Plestosen”. Berita Penelitian Arkeologi (12): 1-75.
Published
2018-12-04
How to Cite
Sugiyanto, S.S., B. (2018). BELIUNG PERSEGI: SEBARAN DAN FUNGSINYA DI KALIMANTAN (STONE ADZE: ITS DISTRIBUTION AND FUNCTION IN KALIMANTAN). Naditira Widya, 12(2), 89-100. https://doi.org/10.24832/nw.v12i2.302