NILAI KESUBURAN TRADISI BUKAKAK DI DESA PAKRAMAN SANGSIT DANGIN YEH, SAWAN, BULELENG
Abstract
Ethnic Balinese in Sangsit Pakraman Village, Sawan Subdistrict, Buleleng Regency had adaptive abilities that are manifested in the form of Bukakak traditions. The problem that will be revealed in the context of preserving the Bukakak tradition is, 1) the form of Bukakak tradition, 2) the values of Bukakak tradition. The purpose of the study is to know the origin, and understand the benefits and values contained in the Bukakak tradition. The approach used to examine the Bukakak tradition, namely, Cultural Ecology which contains ‘grace’ in accordance with beliefs and faith of its supporting community. This study uses qualitative interpretative method. The organization of this tradition is centered on Gunung Sekar Temple so that religious values and solidarity are the main objectives. Because it is not surprising that this tradition was born based on the view of cosmology in the form of ‘cili’ and Lingga-Yoni, that this nature is fertile built by the motherland (predana) and the sky (akasa-purusa). The conclusion of this research is that the implementation of the Bukakak tradition is very important because it evokes the work ethic of the farmer in addition to integrate the farming community and other professions in Sangsit Dangin Yeh Pakraman Village.
Etnis Bali yang berada di Desa Pakraman Sangsit, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng telah memiliki kemampuan beradaptasi denganalam yang diwujudnyatakan dalam bentuk tradisi Bukakak. Masalah yang akan diungkap dalam rangka pelestarian tradisi Bukakak yaitu, 1) Bentuk tradisi Bukakak, 2) Nilai-nilai dalam tradisi Bukakak. Tujuan penelitian untuk mengetahui asal-usul, dan memahami, manfaat dan nilai yang dikandung dalan tradisi Bukakak. Pendekatan yang digunakan untuk mengkaji tradisi Bukakak yakni, Ekologi Budaya yang mengandung ‘rahmat’ sesuai dengan kepercayaan dan keyakinan masyarakat pendukungnya. Penelitian ini mempergunakan metode qualitative interpretative. Penyelenggaraan tradisi ini dipusatkan di Pura Gunung Sekar sehingga, nilai religius dan solidaritas menjadi tujuan utama. Karena itu tidak mengherankan kalau tradisi ini lahir didasari pandangan kosmologi dalam bentuk cili dan Lingga-Yoni. Bahwa alam ini subur yang dibangun oleh ibu pertiwi (predana) dan langit (akasapurusa). Kesimpulan dari penelitian ini penyelenggaraan tradisi Bukakak menjadi amat penting karena membangkitkan etos kerja petani disamping mengintegrasikan masyarakat petani dan profesi lain di Desa Pakraman Sangsit Dangin Yeh.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Adimihardja, Kusnaka. 1994. Sistem Pengetahuandan Teknologi Rakyat: Substansi dan Pembangunan Berwawasan Lingkungan di Kalangan Masyarakat Sunda di Jawa Barat. Bandung : Ilham Jaya.
Artadi, I Ketut.2004. Nilai Makna dan Martabat Kebudayaan. CV Indra Jaya. Semarang.
Ambarawati, Ayu. 2011. “Tinggalan Arkeologi di Pura Gunung Sekar,Desa Sangsit, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng”. Forum Arkeologi, TH. XXIV 3 November 2011. Balai Arkeologi. Denpasar.
Darmaya, Ir Ketut. 2010. Pustaka Bali.Buleleng, Bali.
Gede, I Dewa Kompiang. 2004. “ Hiasan Kedok Muka, Salah Satu Aspek Religi yang Berkesinambungan di Bali”. Forum Arkeologi, No. II/November 2004. Balai Arkeologi. Denpasar.
Kantor Dokumentasi Budaya Bali Propinsi Bali. 1994. Alih Aksara Lontar Usadha Carik. Denpasar: Kantor Dokumentasi Budaya Bali Propinsi Bali Daerah Tingkat I Bali.
Mintargo, Bambang S. 1993. Manusia dan Nilai Budaya. Penerbit Universitas Trisakti. Jakarta.
Rema, I Nyoman dan I Nyoman Sunarya. 2017. “Budidaya Padi Berbasis Kearifan Lokal di Bali”, dalam Jnana Budaya, Media Informasi Sejarah, Sosial, dan Budaya.Vol.22. No. 2. Balai Pelestarian Nilai Budaya Bali.
Sulasman, dan Setia Gumilar. 2013. Teori-teori Kebudayaan. SV. Pustaka Setia. Bandung.
Triyoga, Lucas Sasongko. 1991.Manusia Jawa dan Gunung Merapi : Persepsi dan Sistem Kepercayaanya. Jogyakarta : Gajah Mada Press.
Purwitasasi, Tiwi. 2000. “Nyi Pwah Aci Dewi Kesuburan Pada Masyarakat Agraris Di Desa Cigugur, Kabupaten Kuningan. Jurnal Cakrawala Arkeologi. Balai Arkeologi Bandung.
Wiana, I Ketut. 1993. “Jangan Kembali ke Sistem Sekte”, dalam Warta Hindu Dharma. Nomor 310. Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat. Denpasar.
DOI: http://dx.doi.org/10.24832/fa.v32i1.543
Refbacks
- There are currently no refbacks.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.