PERKEMBANGAN PERADABAN DI KAWASAN SITUS TAMBLINGAN
Abstract
Research on civilization of Tamblingan site is a part of the research on Development of Tamblingan area for Tourist Destination which was done by Balai Arkeologi Denpasar in 2012. The research of The Development of Civilization at Tamblingan Site Area aims to know the history of the residential and social culture that flourished in the region Tamblingan. Theoretical basis used were functional theory and theory of symbols, while the methods used were library research, observation, and interviews. The data were analyzed qualitatively. From the data analysis, it is known that the area had been inhabited from prehistoric (Planting Era) continued to Perundagian (megalithic tradition), and then to the Hindu-Buddhist (Classical Period in 9th century), continued to the Dutch Colonial Period. Culture that flourished in Prehistoric Time namely ancestor and nature power worship to invoke fertility, safety, by using the media of stone throne, menhir (upright stone), and dolmen (stone table), which until now still utilized and conserved. During the Hindu Buddhist Period, ancestor worship continued by using media in the forms of goddess statue, the worship of the gods Trimurti, the existance of social stratification, and developing metal crafts. In the Dutch colonial era, there were cultural influences in architecture, which combined with the local architecture and up to now are still preserved and turned into a tourist attraction.
Penelitian peradaban kawasan situs Tamblingan adalah bagian dari penelitian Kawasan Tamblingan Untuk Pengembangan Destinasi Wisata yang dilakukan oleh Balai Arkleologi Denpasar tahun 2012. Penelitian Peradaban Kawasan Tamblingan yaitu: ingin mengetahui sejarah hunian dan kehidupan sosial budaya yang berkembang di kawasan Tamblingan. Landasan teori yang digunakan adalah teori fungsional, dan simbol, sedangkan metode yang digunakan yaitu: perpustakaan, observasi, dan wawancara. Analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif. Dari analisis data yang dilakukan bahwa kawasan situs Tamblingan telah dihuni dari masa prasejarah (bercocok tanam) berlanjut ke masa perundagian (tradisi megalitik), kemudian ke masa Hindu- Buddha (klasik abad IX M), terus ke masa kolonial Belanda. Budaya yang berkembang pada masa prasejarah pemujaan terhadap nenek moyang dan kekuatan alam untuk memohon kesuburan, keselamatan, dengan media pemujaan tahta batu, menhir, dan dolmen, sampai saat sekarang masih dimanfaatkan dan dilestarikan. Pada masa Hindu Budha pemujaan terhadap leluhur berlanjut dengan media pemujaan arca perwujudan Bhatara-Bhatari, pemujaan terhadap dewa Trimurti, sudah ada pelapisan sosial, berkembang kerajinan logam. Pada masa kolonial Belanda, terdapat pengaruh budaya bidang arsitektur yang dipadukan dengan arsitektur lokal dan sampai saat sekarang masih dilestarikan dan dijadikan obyek wisata
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Ardika, I Wayan. 2004. Bukti-bukti Arkiologi Terbentuknya Akar Multikulturalisme, dalam Politik Kebudayaan dan Identitas Etnik. Fakultas Sastra Universitas udayana dan Balimangsi Press. Hal.3-11.
........................... 2008. Multikultural, Kearifan Lokal Dengan Warga Tionghoa di Bali, dalam Politik Kebudayaan dan Identitas Etnik. Fakultas Sastra Universitas Udayana dan Balimangsi Press. Hal. 47-62.
Bagus, A. A. Gde, 2012. Kawasan Arkeologi Tamblingan Untuk Distinasi Wisata Kabupaten Buleleng, dalam Laporan Penelitian Arkeologi. Balai arkeologi Denpasar.
Budiastra, Putu dan Wayan Widia, 1980/1981. Stupika Tanah Liat. Proyek Pengembangan Permuseum Bali, Denpasar.
Geriya, I Wayan. 2008. Pola Hubungan Antar Etnis Bali dan Tionghoa dalam Dinamika Kebudayaan dan Peradaban. Dalam Integrasi Budaya Tionghoa ke Dalam Budaya Bali, Universitas udayana, Percetakan C.V Masa. Hal.26-45.
Goris,R, 1954. Prasasti Bali I dan II, Lembaga Bahasa dan Budaya (Fakultas sastra dan Filsafat) Universitas Indonesia.
Koenjaraningrat, 2003. Pengantar Antropologi I. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Ngurah, I Gusti Made, dkk. 2006. Buku Pendidikan Agama Hindu Untuk Perguruan Tinggi. Paramita Surabaya.
Soekatno, Endang Sri Hardiati, 1993. Arca tidak beratribut Dewa di Bali Sebuah Kajian Ikonografi dan Fungsional. Disertasi Program Sarjana, Universitas Indonesia.
Soemardjan, Selo. 1974. Setangkai Bunga Sosiologi. Jakarta: F.E.U.I
Suantika, I Wayan., 1988 2003. Ekskavasi Situs Arkeologi Tamblingan, Desa Munduk, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, dalam Laporan Penelitian Arkeologi. Balai Arkeologi Denpasar.
Suarbhawa, I Gusti Made, 2009 2010. Ekskavasi Situs Arkeologi Tamblingan, Desa Munduk, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, dalam Laporan Penelitian Arkeologi. Balai Arkeologi Denpasar.
..........................Dkk, 2007. Prasasti Tamblingan. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Buleleng. Balai Arkeologi Denpasar.
..........................1995. Tamblingan Dalam Rekaman Prasasti. Forum Arkeologi No. 2. Balai Arkeologi Denpasar. Hal. 16- 25.
..........................2010. Penelitian DAS Kintamani Bangli. Laporan Penelitian Arkeologi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional. Balai Arkeologi Denpasar.
Sutaba, I Made, 1980. Prasejarah Bali. B.U. Yayasan Purbakala Bali
Wigama, Made dkk. 1992. Penuntun Belajar Agama Hindu 3. Penerbit Ganesa Exact Bandung.
Wiryomartono, A Bagoes P, 1995. Seni Bangunan dan Seni Binakota di Indonesia. PT Gramedia Pusaka Utama, Jakarta.
Triguna, Ida bagus Yuda, 2000. Teori Tentang Simbol. Widya Dharma Universitas Hindu Indonesia.
DOI: http://dx.doi.org/10.24832/fa.v26i1.60
Refbacks
- There are currently no refbacks.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.